Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paus Mengizinkan Pernikahan Sejenis?

22 Oktober 2020   14:53 Diperbarui: 22 Oktober 2020   14:58 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian juga hukum aborsi. Ekskomunikasi, atau pengasingan, dengan tidak bisa menerima hak-hak sebagai anggota Gereja. Namun mereka sebagai warga negara sangat mungkin tidak mendapatkan hukuman karena pertimbangan hukum positifnya lain.

Kadang konteks ini yang tidak dipahami, sehingga pembaca media menjadi bias atau malah ada sebagian pihak yang mencampuradukan, karena tidak tahu, atau memang ada agenda tertentu.

Pemikiran Paus bertujuan bagi keamanan dan kesejahteraan bagi para pengikut LBGT agar mendapatkan perlindungan hukum, agar mereka tidak mendapatkan penganiayaan, pelecehan, dan diskriminasi. Tidak ada kaitan dengan perkawinan secara khas tradisional  laki-laki dan perempuan.

Perlindungan atas kemanusiaan, bukan mengenai sekali lagi pernikahan sejenis dalam kaitan terlebih dalam Hukum Gereja. Hal yang  tentu saja cukup berbeda. Menghargai kemanusiaan dan itu semua adalah anak-anak Tuhan, dengan segala masalah, kelebihan dan kekurangannya. Tidak boleh mereka teraniaya karena orientasi seksual mereka.

Hal yang kadang diambil secara serampangan, ketika menelaah persoalan. Pemikiran panjang dan dalam, diambil kesimpulan akhir, tanpa tahu konteks dan latar belakangnya. Persoalan yang tidak baru jika Paus mengatakan hal ini sebenarnya. Sekali lagi ini soal kemanusiaan dan cinta kasih.

Paus tidak mau menjadi hakim atas manusia lain, memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi mereka. Nah kadang konservatisme abai melihat lebih luas pemikiran demikian. Apalagi ketika media mengutip tanpa mau tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sensasional dan menjual menjadi panglima ketika media mengejar hit, rating, dan pembaca. Namun tentu perlu kecermatan, sehingga memberikan pemberitaan yang seimbang, seobyektif mungkin, dan mendekati kebenaran sebagaimana aslinya.

Di tengah bangsa yang masih cukup lemah literasi, para pemabuk agama, sangat mungkin menjadi masalah yang lebih besar lagi. Sayang ketika media menyajikan tanpa tahu dengan baik apa yang dimaksud dengan tulisannya.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun