Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Bebek A la Jokowi untuk Siapa?

9 Oktober 2020   21:32 Diperbarui: 9 Oktober 2020   21:41 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik Bebek A La Jokowi untuk Politikus Ribet

Bebek  itu kalau diangon, atau digiring menuju sawah atau kali, akan ramai, ribut ber-kwak kwek, berisik pokoknya. Berbeda ketika di kandang. Nah dari sana ada ungkapan ramah bebek, ketika di jalan atau luar rumah orang itu banyak cakap, banyak omong, ketika di rumah menjadi sangat pendiam.

Kemarin, saudara yang anaknya perwira militer, berkomentar keadaan negeri ini gaduh kek ini karena dipimpin politikus. Arahnya tahu karena anaknya militer dan juga pemuja Prabowo, maka tidak saya respons. Percuma karena sama juga mengatakan indahnya pelangi pada orang yang menutup mata.  Mengapa?

Dua presiden militer berakhir ngaco. Keadaan ekonomi hanya semu,  kondisi bangsa seolah tenang dan baik-baik saja, karena represi dan satunya memanjakan dan membebaskan orang semaunya sendiri. Omong kosong,  ketika militer dipuja sebagai pemimpin yang semestinya untuk negara.

Jangan abai apalagi lupa, bagaimana Orde Baru dengan gaya militeristik sekaligus juga maling alias presiden terkorup di dunia. berapa banyak nyawa melayang sia-sia demi kedudukan itu dan untuk mempertahankannya. Mosok senaif  itu, demi ketenangan semu, sedangkan hati dan kejiawaan mana nyaman. Beberapa pihak mungkin saja tenang-tenang saja.

Era militer kedua, ketenangan bukan senyatanya, karena semua asyik berpesta pora, bukan karena damai sejahtera di tengah hidup bersama sebagai sebuah bangsa. Arief Puyuono menggunakan ilustasi Jokowi lagi cuci piring usai pesta. Ini bukan semata cuci piring, namun juga membersihkan maaf berak dan muntahan di mana-mana karena mabuk berat.

Cuci piring sih masih cukup ringan, lha mabuk ini yang selain menjijikan juga mengerikan. Orang dalam keadaan mabuk tidak lagi tahu mana baik mana buruk. Benar atau salah, yang ada ya teler dan tidak sadar.

Kondisi ini bukan lagi ilustrasi namun senyatanya. Lihat berapa banyak orang yang mabuk pada tataran elit itu. Tidak tahu lagi bedanya baik dan buruk, benar atau salah. Pokoknya kesampaian yang menjadi keinginan. Tamak, rakus, dan maunya mendapatkan yang ter menjadikan mereka benar-benar teler.

Pencekalan Bambang, penyitaan aset Tommy dan yayasan di bawah naungan Soeharto dan klan. Mulai dengan menyasar dan perbaikan aneka masalah BUMN yang selama ini adalah atm dan sapi perah elit tamak. Mereka pesta pora dan mabuk. Ketika sakau, ada orang ndeso yang menghentikan musik yang membuat mereka girang. Lha bukan itu saja namun juga melarang pasokan makanan dan minuman yang menemani pesta pora mereka karena tidak pernah mau membayar tagihan. Lengkap sudah, pesta harus berakhir.

Kandang bebek dan perilaku riuh rendah masa lalu yang terhambat pestanya. Pada lupa, Jokowi adalah orang Jawa yang suka akan simbo. Perlu diingatkan dan disegarkan kembali beberaa momen simbolisasi yang membuat kubu rival kelabakan.

Hambalang. Bagaimana perilaku ugal-ugalan SBY dengan tour de Javanya, sambil melemparkan hal buruk pada pemerintahan sekarang dengan mengagungkan capaiannya sendiri. Berkeliling Jawa dengan demikian gagah perkasa. Jokowi diam saja dan kemudian mengunjungi Hambalang. Tur pun langsung balik kanan dan senyap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun