Penusukan di Como dan Lampung, Kasih dan Kekerasan
Duka mendalam, kemarin, ada kejadian tragis ketika pastor di Como Italia, meningga ditusuk berkali-kali oleh orang yang biasa ia bantu. Â Orang yang biasa menerima makan dan bantuan itu tega melakukan penusukan yang berakhir pada kematiaannya. Jelas siapa pelaku dan siapa korbannya.
Apa yang menjadi perbincangan adalah, doa bagi almarhum. Kisah-kisah heroik atas korban yang selama ini, pagi keluar dengan ransel dan makanan untuk memberikan sarapan bagi imigran dan orang yang tidak beruntung, yang banyak bertebaran di sekitar tempat ia berkarya. Setiap sore ia keluar dengan membawa selimut dan mantel untuk dibagikan kepada orang-orang yang tidak memiliki tempat berteduh.
Jarang ada kulikan pada pelaku, mengenai siapa dan mengapa pelaku membunuh orang yang telah membantu dia dan teman-temannya. Atau ungkapan penyesalan dari sesama yang biasa mendapatkan bantuan.
Bentuk ungkapan simpatik, termasuk pemberitaannya. Jauh berbeda dengan penusukan yang terjadi di sini, kepada Syekh Ali Jaber, SAJ sih tidak salah dan tepat di dalam menyikapi, namun bagaimana orang-orangm terutama dari kelompok yang itu lagi-itu lagi.
Bagaimana  bisa mengatakan dan berkomentar, jika SAJ meninggal, Jokowi harus turun. Apa coba kaitannya. Bayangkan, jika yang meninggal itu ulama di Indonesia, yang menikam itu warga berbeda agama dan etnis, seperti apa jadinya.
Lha jelas namanya Alfin saja sudah dinarasikan menjadi Albert. Mungkin Jokowi ikut diseret ke pengadilan jika sampai terjadi di Indonesia.
Kekerasan ya kekerasan, kriminal, dan hukum yang bicara. Tidak pada ranahnya politik ataupun agama. Kutukan, atau narasi sebagai ideologi lain yang mulai menggeliat itu kan berlebihan. Standar ganda lagi, ketika tidak mau tahu, diam seribu bahasa, serta malah kadang membela ketika yang menjadi korban itu berbeda pandangan dan kelompok.
Pembelaan pada pelaku dengan terang-terangan atau diam-diam juga biasa terjadi. Padahal itu kriminal, kejahatan, dan kekerasan, hanya karena pelaku berbeda kelompok dan korban sama. Sebaliknya, jika pelaku sama dan korban berbeda, akan berdalih macam-macam, dan nanti malah menyalahkan pihak korban.
Contoh, ketika bom teroris di mana-mana, mereka akan mengatakan itu gawe Yahudi dan Amerika, terlalu jauh menuding pihak lain, karena pelakunya sekelompok sendiri. Atau gereja dibakar, "pembelaan" ala koplak akan mengatakan, salah sendiri, membangun terlalu mewah di antara rakyat atau warga yang kurang beruntung. Jelas tidak nyambung.
Tentu mau pastor di Como atau Syech Ali Jaber yang ditusuk itu sama saja, berbeda agama mungkin, toh masih sama-sama manusia.