"Bu, kapan, Alin bisa sekolah lagi," tanya Alin pada Bu Gurunya via media percakapan.
"Sabar dulu, ya Cantik, yang penting adalah tetap belajar sekaligus sehat...."
"Sudah kangen pada Bu Guru Cantik, teman-teman, dan kelas yang lama tidak jumpa Bu..." lanjutnya panjang banget. Pantes tadi lama ada tulisan sedang mengetik.
"Iya, Ibu juga kangen pada kalian, ao istirahat, besok tetap belajar online ya.... Selamat Malam Sayang..." tutupku biar Alin bisa istirahat.
"Makasih Bu Guru, selamat malam dan selamat beristirahat...." jawabnya dengan sangat hormat.
Kondisi ini memang sangat tidak mudah. Anak-anak itu bukan hanya belajar atau bermain, tetapi juga bersosialisasi atau berinteraksi dengan rekan sebaya dan juga guru selain orang tua tentunya. Malah jadi kepikiran dan jadi susah tidur ini. Mau tidur bagaimana kalau otak berpikir dan kepikiran kata-kata Alin, itu juga mewakili anak-anak yang lain.
Kata Alin itu juga pernyataan anak di seluruh dunia. bagaimana mereka kangen, kelas, guru mereka, teman-teman. Kadang berantem, toh kangen kejar-kejaran dan terbahak bersama. Mana di rumah bisa begitu, yang ada kesepian, kalau keluar paling juga main sangat  terbatas.
Kami, para guru memang sudah masuk. Pembicaraan soal ini setiap saat menjadi kajian. Â Toh belum ada yang berani menjamn keadaan lebih baik. Benar, kelas atau pertemuan masih bisa terjembatani dengan adanya internet, tetapi masih juga banyak kisah-kisah kesulitan lain yang sangat tidak gampang.
Teringat lagi, tadi pagi, Bapak Ali datang ke sekolah mengutarakan bagaimana susahnya beliau untuk mengambil tugas bagi kedua puteranya. Satu di SD kami, satu di SMP yang jaraknya lumayan jauh dan itu bertolak belakang arahnya. Mereka tidak memiliki smartphone ataupun laptop, atau PC, solusinya adalah mengambil tugas ke sekolah.
Selama ini bisa dilakoni dengan relatif baik, meskipun banyak kendala. Masalah timbul ketika mau tidak mau Bapak Ali masuk kerja dan Ibu di rumah juga mengerjakan pekerjaan buruh mencuci, ini jelas tidak bisa disiasati lagi. Masalah Ali dan kakak serta keluarganya ini, juga pasti dialami banyak lagi anak-anak di luar sana.
Sayang seribu sayang, tidak banyak aparat di desa-desa, di RT-RT yang sigap mengatasi kendala-kendala ini dengan menyediakan "pos-pos" hotspot, di mana di sana, sangat mungkin perangkat desa atau yang lebih kecil menyediakan alat bersama untuk belajar bagi anak peserta didik yang tidak beruntung. Pemberitaan mengenai hal ini seolah kalah oleh peliknya politik yang berebut kekuasaan.