Guru-Pendidikan, di Antara Ekonomi dan Kesehatan di Masa Pandemi
Cukup menarik apa yang ditampilkan para pelaku dunia pendidikan, juga orang tua. Bagaimana orang tua mengeluhkan pendidikan jarak jauh dengan berbagai argumen. Sebaliknya pelaku dunia pendidikan juga tidak kalah dengan para "pemrotes", bahwa mereka juga tidak mudah dan bahkan kesulitan juga keadaan ini.
Belum lagi peran ganda mereka sebagai orang tua pula. konsentrasi yang sangat besar, misalnya murid 30, anak dua, berarti ada 32. Bandingkan dengan orang tua dengan dua anak. Tentu tak hendak membela kepentingan guru membabi buta, namun realitas yang juga perlu diketahui.
Pemerintah telah berupaya sangat berat memutuskan untuk PSBB, bukan lockdown, di tengah kecaman, pemaksaan, dan kepentingan politis tertentu. Semua itu kini diam saja, setelah pilihan itu berdampak cukup baik bagi kepentingan secara umum.
Angka kematian tidak juga horor. Laju peningkatan pasien masih batas normal, apalagi angka kesembuhan jauh lebih menggembirakan. Jangan lupa juga pertumbungan ekonomi positif yang tidak banyak negara mampu mencapainya. Apakah ini gampang?
Sama sekali tidak gampang. Di tengah alam demokrasi waton sulaya. Orang partai banyak yang memilih untuk selalu berseberangan. Mau baik atau buruk, pokoknya pemerintah salah. Masyarakat  terutama beberapa elit beragama saja juga perilakunya. Mengedepankan egoisme, mengaku beribadah, namun esensi menjaga keselamatan bersama diabaikan. Aneh dan lucu jika demikian.
Bagaimana bisa memuji dan memuliakan Allah namun sekaligus membahayakan diri dan sesama? Beragama yang masih timpang. Egoisme atas nama kesalehan.
Pendidikan dan Egoisme Massal
Coba cermati dengan kepala dingin, hati yang jernih, dan jangan menggunakan kecurigaan. Sejatinya, pada dasarnya, percaya tidak sekolah aman bagi anak-anak dari kemungkinan covid? Hampir seluruh orang tua akan menjawab keberatan kog jika masuk sekolah. Ini berkaitan dengan soal masuk dan covid.
Nah berbeda ketika sikap tanggung jawab yang dijadikan pertimbangan. Ada tanggungan yang sangat tidak mudah bagi orang tua dalam segala eksesnya. Beberapa konsekuensi:
Pertama, ketersediaan quota atau paket data. Hal yang sangat memberatkan memang. Solusi jitu sebenarnya sangat mungkin dengan dana desa, adanya hotspot oleh desa di berbagai tempat untuk anak-anak dapat mengakses itu secara komunal. Entah apakah ada pemikiran atau tidak.