Kemarin, ketika bersama rekan kuliah yang berlatar belakang teknik kimia, bermain-main dalam dunia hiburan dengan membuat chanel misteri. Rekan lain yang berlatar belakang filsafat berkomentar, Susy Haryawan yang dikenal rasional-kritis, ternyata "pemain" klenik.
Apakah ini salah, atau benar pendapat  tersebut? Bisa benar bisa salah. Atau malah keduanya tidak sepenuhnya tepat. Bisa benar, ketika memahami hal yang di luar nalar itu klenik. Lha mukjizat itu juga di luar akal sehat. Toh sejatinya perilaku agamis juga di luar nalar semua. Labelnya memang lebih saleh, suci, dan menjadi spiritual, putih, dan bersih.
Lihat saja perbuatan-perbuatan ajaib tokoh beragama diberi nama mukjizat, ketika dilakukan orang lain, sangat mungkin dilabeli klenik atau dukun. Sah dan bebas, alam demokrasi lagi. Sejarah beragama, apapun juga memberikan bukti kisah demikian. Kecurigaan  kelompok lama, dominasi paa pendahulu akan memberikan  sematan klenik, dukun, kuasa gelap dan sejenisnya.
Selama ini, memang saya lebih dikenal dengan tulisan-tulisan politik, mengupas hal-hal yang berkaitan dengan politik, humaniora, dan sosial lainnya. Pengenalan yang berdasar atas tulisan, bisa benar, bisa salah, atau sebagian benar sebagian salah.
Manusia itu multi dimensi. Begitu kaya dimensi hidupnya. Sangat mungkin yang tampil di depan publik sangat rasional, sabar, jernih, dan ketika di ranah privat rumah sangat tertutup, irrasional, dan terlalu sugestif. Pun sama. Sangat mungkin orang itu mengulik berita-berita olah raga, namun sama sekali tidak pernah jalan saja. Hanya duduk di depan gadget dan berselancar seolah melakukan sendiri.
Soal klenik, sepanjang itu bukan menjadi bagian dari gaya hidup, semata untuk bersenang-senang dengan dunia hiburan yang banyak menyukai hal demikian masih normal, wajar, dan tidak berkaitan dengan pola pikir dan pola tindak. Sebatas baju, asesoris, dan bagian lain dari kepribadian yang perlu juga difasilitasi untuk eksis..
Apakah bisa menjawab kebutuhan dunia hiburan, atau memberikan gambaran diri yang utuh? Ya belum tentu juga. Biar saja mengalir ke mana muara itu semua.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H