Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konspirasi Klepon

22 Juli 2020   07:49 Diperbarui: 22 Juli 2020   08:05 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keberadaan mereka ditopang kepentingan asing yang lagi-lagi sudah terbiasa pesta pora dengan keberadaan SDA kita yang melimpah. Mereka hanya membayar fee sangat-sangat kecil bagi elit yang suka harta itu. Tidak sebanding dengan yang mereka keruk. Sedikit saja yang diberikan pada beberapa orang yang itu jelas sangat besar.

Pengalihan isu dengan berbagai-bagai cara. Betapa banyak kita terlupa keadaan faktual yang ada. Mana ada gegap gempita taliban di KPK, wawancara Siti Fadilah Supari, atau malah juga kasus Jiwasraya. Semua asyik dan lagi bersuka ria dengan tayangan klepon. Apa sih manfaatnya, kalau toh memang klepon tidak agamis, apa juga dampaknya.

Sama juga dengan yang mengatakan nonton ini dan itu tidak agamis. Semua tidak berdampak gede. Miris jika asyik dengan klepon malah abai dengan berbagai-bagai kebobrokan yang sudah dan mau disembunyikan.

Riuh rendah yang ada untuk menyembunyikan kesalahan masa lampau elit negeri. UU MLA memberikan dampak yang sangat besar bagi banyak pihak. Mereka berpikir semua akan aman-aman saja. Ah tidak demikian. bagaimanapun serapai-rapinya bangkai disembunyikan akan tercium juga. Dunia berubah, kejahatan tidak lagi memiliki tempat untuk berdiam diri dengan nyaman.

Isu komunis, agamis, dan sejenisnya kan mainan masa lalu yang siapapun paham kog. Jadi ingat sebuah tulisan, bagaimana tikus dalam karung agar tidak berpikir menggigiti karungnya. Ia diganggu dengan sepakan, sehingga mereka saling curiga dan gigit dengan temannya.

Negara ini selalu diusik dengan hal remeh temeh, dengan hal yang membuat mabuk, dan itu Belanda sangat ahli, dan diteruskan sejarah masa modern bangsa ini. diusik terus agar abai akan keborokan elit. 

Kini, elit tidak rela ketika mulai terganggu panggung yang mereka bangun di atas derita anak bangsa yang demikian besar. Mereka pesta pora di antara kesusahan saudaranya sendiri. Tidak peduli mereka bersekutu dengan iblis sekalipun, ketika itu memberikan uang dan kekayaan bagi mereka.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun