Atau melarang menulis ini dan itu, eh dianya melakukan. Lha silakan saja, kalau saya mau peduli dengan tulisan Kner lain, kecuali saya kenal personal dan tahu banyak mengenai dirinya, baru saya akan memberi masukan. Ada beberapa yang memang kakak kelas kuliah atau angkatan jadi tahu mereka bukan hanya dunia maya, masukan yang sudah tertakar kapasitasnya.
Apalagi mencaci maki, eh dianya tidak menuangkan gagasannya. Kini sih jarang yang begituan, sudah pada tobat atau gak nulis lagi. Zaman dulu banyak model demikian.
Kini, Nikmati, sudah saatnya menulis itu kenikmatan, mau  populer, mau sepi, sudah lewat, apalagi ngejar NT sudah mustahil. Hhiiik...hiiik dinamika yang berbeda, era berubah. Tinggal menulis sebagai sebuah kesenangan. Lainnya bonus.
Ketika menulis itu sebuah kenikmatan, bisa lepas bebas dan menemukan karya yang otentik, tidak akan takut dibredel, apalagi hanya karena komentar yang memiliki tujuan yang bisa saja kita tidak tahu. Ada lho komentar atau tangggapan itu semata untuk membesarkan diri, membranding diri. Ini sah dan wajar berdinamika dalam media sosial. Sangat dimungkinkan dan sepanjang masih dalam koridor tidak merugikan mengapa tidak?
Nyukuri. Lha mau apa lagi, kek kakek-kakek akhir usia, bersyukur atas semua yang sudah terjadi. ya iya lah. Mau apalagi coba. Mau mengejar hits dan reward gede, halah semua sudah ada yang ngatur. Syukur akhirnya membuat tulisan lebih enak diikuti. Apakah sudah demikian? Mungkin belum, masih proses.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H