Cukup fenomenal satu pribadi ini. Gencar dalam  banyak aksi dan situasi. Hampir semua era ia ada. Kini memasuki generasi kedua, besan pun orang politik. Klop, di dalam membangun dinasti politik. Suara keras, lantang, dan juga oposan bagi pemerintahan kini, padahal pernah sepi, itu adalah pilihannya.
Reformasi dengan segala drama yang Amien lakoni, membuatnya melahirkan partai politik. Di mana mengantarnya hanya sampai pada jabatan ketua MPR. Apa yang jauh dari angan yang sebenarnya. Maunya adalah presiden. Toh, dewi fortuna, atau memang karena salah langkahnyalah membuatnya gagal menjadi orang nomer satu di negeri ini.
Wajar ketika ia demikian galau, sakit hati, dan sangat mungkin iri dengan yang namanya Jokowi. Sepuluh tahun lagi melihat orang yang bukan siapa-siapa itu menjadi pemimpin. Di mana-mana ia melihat photo resmi kenegaraan. Upayanya dengan mengampanyekan Prabowo yang kini malah ikut Jokowi membuatnya semakin gerah.
Puncaknya 2020, ketika sang besan mau dipertandingkan dengan puteranya. Ternyata partainya memilih sang besan. Terjadi kekerasan dan kerusuhan, yang memilukan, ketika reforman malah berlaku bar-bar. Sang besan menambah luka itu, ancaman untuk mengamankan agenda ternyata tetap tidak terbendung. Alternatif akhir keluar dan biasa membuat partai baru.
Hanafi mundur dari partai dan dewan. Sikap yang wajar, namun komentar adik yang sekaligus adalah menantu Zulkifli Hasan ketua baru terpilih, membuat makin panas. Seolah menyerang kakak dan adik-adiknya. Mengatakan politikus cengeng, mutungan, dan melodramatik. Sangat bisa dipahami, keberadaannya sebagai menantu dan jelas banyak pertimbangan rasional, emosional, dari sekadar politik.
Amien sejak lama sudah ancang-ancang mendirikan partai baru. Tambahan daya dari Hanafi dan gerbongnya masih cukup lumayan. Namun dampak dari ini dapat dilihat;
PAN ini bukan partai gede. Benar banyak loyalis dan itu sudah terbukti. Perolehan mereka ya segitu-segitu saja. Artinya dengan keadaan ini akan menjadi dua kelompok sama kecil. Ketika bersatu saja tidak bisa berbuat banyak, apalagi hanya separo kekuatan.
Sebelum ini, tidak pernah terlihat perkembangan baik dari berpolitik PAN, selain nyolot sana sini, main dua kaki, dan sok oposan ketika sepi job, mereka tidak memberikan dampak kuat. Benar ada beberapa kader kelas luar biasa, toh tidak cukup besar dampaknya bagi parta. Lebih banyak pendompleng dan parasit, bukan membesarkan partai.
Model mengambil pesohor, artis, atau tokoh, juga tidak cukup kuat memberikan dampak baik. Pemilih sudah mulai cerdas. Kebetulan artisnya juga tidak banyak memberikan kontribusi signifikan dalam menanggapi kejadian atau peristiwa penting.
Susah melihat partai baru bisa berkembang dengan baik, ketika dana yang ada tidak cukup kuat. Para kadernya pun level-level sangat biasa, bukan pemain politik berkarakter dan petarung. Nama-nama anak Amien pun susah banyak berbicara tanpa ada Rais di belakang nama mereka.