Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan yang Memerdekakan, Belajar dari Rektor dan Ibu Miskin Soal Sembako

2 Mei 2020   07:52 Diperbarui: 2 Mei 2020   08:29 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan itu Bijaksana, Tidak Asal Tahu

Bijaksana itu tahu mana yang benar, salah, dan pantas atau tidak. Nah ketika orang-orang berpendidikan, doktor, bahkan profesor sekalipun, tahu ada kesalahan bukan untuk meluruskan, namun demi kepentingan diri dan kelompoknya? Tanpa merasa berbeban moral dan tanggung jawab sebagai orang berpengetahuan, kemudian menggunakan kepandaiannya untuk memutarbalikan fakta. Fitnah sana-sini dengan celah yang ia ketahui karena ia belajar itu.

Pendidikan itu sarana membawa kepada kebaikan, bukan malah menyesatkan yang tidak tahu. Memilah dan memilih itu kemampuan manusia. Tuhan menganugerahi manusia dengan akal budi untuk bisa menentukan pilihan. Hewan tidak bisa. Instingtif pokoknya hidup, titik. Manusia tidak demikian.

Kebebasan itu jelas milik manusia. Pendidikan memberikan kepada manusia untuk mempertahankan kebebasan itu, tanpa mengusik kebebasan orang lain. Nah cilakanya kebebasan para pelaku yang berpendidikan tinggi itu malah  melompat pagar, menerobos kebebasan milik orang lain karena memang celah hukum pernah dengan sengaja dibuat demikian.

Membantu Hidup Bersama Lebih Baik, Bukan Merusak

Kesalahan demi kesalahan itu diperbaiki, bukan menjadi alat untuk mendapatkan keuntungan. Bisa dilihat, bagaimana Said Didu yang begitu getol menyatakan diri pengkritik, apakah demikian? atau Refli Harun yang mengaku pemerintah melanggar HAM, padahal ahli lain menyatakan sebaliknya. Di sinilah pemikiran seorang berpendidikan itu penting. Rizal Ramli mengatakan ekonomi kacau balau, pasar memberikan bukti sebaliknya. Apakah mereka tidak berpendidikan? Jelas salah, pendidikan mereka mumpuni, sangat tinggi, namun abai pada aplikasi.

Kemampuan mereka sangat  baik, kapasitas mereka ada, namun enggan menggunakan dengan semestinya. Muaranya uang dan kekuasaan. Kebenaran kadang disalahgunakan dan ditafsirkan sesuai dengan kepentingan.

Di sinilah peran penting pendidikan itu untuk memampukan manusia semakin menjadi manusia. Manusia seutuhnya, bukan manusia yang diperbudak oleh pengetahuan demi mendapatkan uang dan jabatan. Pengetahuan itu baik, namun manusianya bisa saja salah. Peran penting pendidikan itu membawa orang lebih manusiawi, bukan malah mengggunakan pengetahuan untuk mengibuli, merusak persepsi, apalagi menggiring orang untuk saling membenci dan mencaci maki.

Bangsa ini bangsa besar, hanya saja, sayang dihuni politikus kepiting, yang sukanya menarik rekannya yang sedang menuju kepada puncak. Mereka enggan untuk berjuang dan malah menghambat yang sedang bekerja.

Meluruskan yang tidak semestinya itu keharusan. Namun ketika yang sudah baik-baik saja malah dirusak itu ada apa? Miris melihat laju pembangunan yang membaik malah dirusak oleh orang-orang berpengetahuan abai etik.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun