AHY memerintahkan kadernya di dewan untuk mengawasi kinerja pemerintahan di dalam menangani covid. Pandemi yang memang merontokan banyak hal ini menggerakan Demokrat dalam genggaman ketua baru untuk bergerak.Â
Cukupkah atau hanya sebatas normatif yang sejatinya nguyahi segara? Hal yang tidak cukup untuk sekelas Demokrat itu beberapa hal yang patut dilihat lebih dalam lagi.
Itu sudah tugas dewan. Mengawasi pemerintah itu sudah melekat, tanpa diperintah ketua umum ya akan berlaku. Lha jika hanya memerintahkan demikian saja, buat apa untuk mengatasi pandemi ini?Â
Jauh dari yang seharusnya dilakukan. Padahal pemerintah mengatakan gotong royong dan disiplin diri. Nah kedua hal itu sudah dilakukan belum oleh Demokrat dan jajaran?
Benar secara substansial mengawasi pemerintahan. Dalam konteks tertentu menjadi berlebihan ketika pemerintah ini sudah memberikan efek lebih bersih dari pada era pemerintahan yang digawangi oleh partai mereka. Â Jelas ini subyektif, toh perintah itu lebih cenderung politis subyektif, jika mau obyektif jauh lebih banyak hal yang bisa dilakukan.
AHY jelas sedang berpolitik, menunjukkan taji sebagai politikus. Bagus dengan keberaniannya, sayang bahwa yang ia jadikan bahan atau lawan tanding ini tidak cukup sepadan. Lawan yang dijadikan ajang mengasah dan melatih itu keliru. Mengapa harus seolah-olah berhadap-hadapan dengan Jokowi dan pemerintah secara umum.
Ingat Lebaran kemarin, pilihan cerdas dengan mendatangi Megawatie dan berphoto bersama Puan. Â Mengapa pendekatan itu lebih tepat? Citra partai dan koalisi sementara ini masih baik-baik saja. Benar dengan mengambil posisi berlawan-lawanan dengan kekuasaan sangat mungkin mendapatkan simpati dari para pemilih.
Tentu memerlukan syarat yang mendasar. Ketika pemerintah itu gagal dalam banyak gagasan dan pelaksanaan, itu baik dan tepat. Namun ketika pemerintah normal-normal saja, ya jelas itu akan menjadi bumerang. Senjata makan tuan. Pilihan memang sudah ditetapkan dan dilakukan. Nasi sudah menjadi bubur.
Demokrat itu kini pada posisi menuju bawah. Jangan ingat masa lalu yang gede. Itu malah bisa menjadi beban berat. Lihat saja putaran menuju bawah itu jangan sampai berhenti pada posisi dasar. Namun tambah daya sehingga sejenak saja di bawah dan kemudian naik. Ini  yang sangat berat tampaknya bagi AHY.
Berat karena roda-roda dan mesin Demokrat itu tidak bisa bekerja. Berat  kemudi yang diatur oleh AHY ini. Mesin partai ini pasif, bukan aktif, dan hanya bergantung pada sosok SBY. Ketergantungan dan yes men membuat semua tidak punya inisiatif. Apakah AHY mampu mengambil alih mesin seperti ini? Berat.
Inisiatif rendah dengan pengelolaan partai seperti itu. Semangat pun sama  saja karena susah menjadi ini dan itu, karena model harus Yudhoyono. Ketika nama menghianati jati diri ya ini yang terjadi. Demokrat sekadar nama bukan sebuah ideologi dan jati diri.