Benarkah SBY Masih Banyak Dikehendaki Rakyat?
Kemarin, ada sebuah media yang menayangkan sebuah meme, mengenai pernyataan SBY banyak masukan untuk kembali menjadi presiden. Ternyata itu adalah pernyataan dua tahun lalu dalam sebuah bagian acara tour de Banten. Apa maksud di balik itu, tentu hanya media itu yang tahu. Apakah pesanan atau dukungan, bukan hal yang penting.
Merasa ada yang aneh, kemudian mencari-cari ternyata sudah dua tahun berlalu, tepatnya 24 April 2018. Persiapan pilpres 2019, dan bulan-bulan itu belum cukup santer ke mana arah Demokrat. SBY menekankan soal prokerakyatan yang menjadi gagasan pemerintahannya untuk menjadi acuan dukungan partai mereka. Soal korupsi tidak menjadi bagian dari pernyataannya.
Ketika ada pengulangan kejadian dua tahun lagi, adanya pernyataan kritik sangat keras kepada pemerintah, menjadi menarik, jangan-jangan ini ada unsur kepentingan. Menangguk di masa pandemik, lumayan siapa tahu dapat limpasan. Sekali lagi, siapa tahu, soalnya kan banyak kasus yang menyasar ke sana, dan langkah yang biasa dilakukan adalah melawan dengan segala cara.
Apa benar banyak dukungan dan permintaan seperti itu? Kita lihat bareng
Pernyataan itu dikatakan pada April 2018. Setahun sebelum pemilu, perolehan suara mereka sangat kecil. Lha klaim dari mana. Bolehlah ketika itu karena kecewa pada kepemimpinan Jokowi. Artinya perolehan 2014 disimpan dulu, dilihat berikutnya. Apakah meningkat atau malah turun?
Ternyata pemilu 2019, masih juga turun, tidak menjadi jawara. Jika demikian, dari dua pemilu, baik sebelum dan sesudah pernyataan tidak ada bukti yang valid untuk meyakini ucapan Pak Beye terebut. Kedua pemilu memberikan bukti kosong atas klaim itu.
Bukti yang tidak bisa disangkal dari hasil pemilihan umum. 2014 bisa saja mengelak dengan dalih karena Demokrat tidak maju dalam pemilihan presiden dan badai korupsi yang menghacurkan kepercayaan publik. Jadi wajar jika suara turun.
Nah mau dalih apalagi ketika 2019? Apalagi Pak Beye mengatakan soal program prorakyat yang didengungkan seolah itu adalah orisinil dan hanya Demokrat yang bisa menjalankan. Kedua pemilu itu bukti besar klaim tidak ada data pendukungnya.
Dua hasil pemilihan adalah data valid, bukan asumsi dan opini. Toh itu masih juga bisa mengelak dan mencari-cari ala kambing hitam. Ya wajar saja namanya politik.
Perlu juga dilihat dari sisi asumsi dan opini yang juga tidak layak untuk diabaikan. Bagaimana klaim itu cenderung berlebihan.