Mau pihak lain yang menyematkan gubernur rasa presiden atau dirinya sendiri, melihat gelagatnya Anies memang maunya RI-1. Itu sah-sah saja, Â hal yang dilindungi UUD bahkan. Tidak ada yang bisa membatalkannya. Siapapun boleh dan berhak, namun tentu ingat kapasitas diri dan politik juga penting.
Sebelum menjadi gubernur ataupun menteri, dia pernah mencoba peruntungan politik melalui konvensi partai Demokrat. Lumayan mentereng, sayang ujungnya tidak jelas, karena Demokrat kalah telak dalam pemilu dan hanya menjadi penggembira. Â Termasuk keberadaan calon dari konvensi buyar tidak karuan. Lumayan melompat padaa kubu Jokowi dan bisa menjadi jubir nasional dan sempat mencicipi menteri.
Usai diganti jadi menteri, menjadi gubernur bersama dengan Gerindra dan PKS. Tidak memiliki partai tetapi lumayan bisa ke sana ke mari. Tetapi untuk presiden apa bisa? Beberapa tokoh layak dilihat dan dijadikan referensi.
Prabowo dan Harry Tanu, termasuk juga Wiranto, mendirikan  kendaraan khusus untuk tujuan itu. Di sini, masuk golongan ini, ada nama SBY, tetapi berbeda kasus, pembahasan point tersendiri lebih pas. Prabowo, Wiranto, dan HT sangat tidak beruntung. kendaraan karpet emasnya gagal mengantar ke mana-mana. Lumayan Prabowo masih bisa ikut bersaing dan berdarah-darah hingga tiga kali.
Bandingkan denga Wiranto, Amien Rais, dan juga Harry Tanu yang mencoba tahap satu saja tidak cukup jauh melaju. Padahal sejak lama sudah mmebangun citra dan aneka aksi untuk menampilkan  diri sebagai seorang politikus dan tokoh partai cukup mentereng.
Ada kendaraan saja tidak cukup, jika tidak ada faktor-faktor lain yang bisa memberikan jaminan nama, prestasi, capaian, dan sebentuk harapan yang meyakinkan publik. Partai saja tidak cukup. Sama juga memiliki pesawat namun tidak mampu mengemudi, tidak cukup bahan bakar, dan gps-nya tidak akrat, tidak menjadi jaminan.
SBY, cukup gemilang dibandingkan rekan-rekannya, seperti tersebut dalam pembahasan di atas. Sekali langsung sukses. Toh harapan panjang tidak ada. Usai mengantar menjadi presiden, menang, dan terjun bebas dua kali berturut. Lagi-lagi kendaraan itu bukan jaminan.
Faktor lain sangat banyak dan kebetulan banyak membantu SBY untuk naik menjadi presiden. kemudian juga tidak bisa banyak berbicara, apalagi ketika kasus demi kasus membelit keberadan partai mercy ini. Lagi-lagi bukti  partai politik bukan segalanya.
Jokowi, ini orang bukan politisi sebenarnya. Pekerja ulung yang mendapatkan kesempatan karena partai banyak mendapatkan keuntungan. Rekaman panjang sejak walikota dan itu moncer bukan biasa-biasa saja. Pilihan dengan angka termasuk tertinggi untuk periode kedua. Jaminan rakyat puas, dan kinerja itu jelas.
Naik menjadi gubernur pun demikian. hasil kerjanya jelas, terukur, dan berdampak dengan jelas dan tidak terbantahkan. Perencanaan matang, pilihan dengan blusukan yang menarik simpati dan kesukaan media dan rakyat. Itu bonus, bukan sebuah paksaan di dalam menaikan citra. Sudah ada citra dan itu menarik masyarakat dan media untuk meliput.
Partai yang memang krisis kepemimpinan, dengan suka cita datang merubung, ini sejak dari bawah, level walikota. Memang sangat minim di pemilihan gubernur dan presiden periode pertama. Tetapi berbalik ketika periode kedua. Parpol  datang.