Itu Ibumu!Â
"Ta, bangunnnn..." teriakan Bu Ita membangunkan Ita. Satu lorong akan mendengar teriakan itu setiap pagi. Itanya juga anak cewek tapi ndabegnya minta ampun.
"Cepet, sudah siang..." itu teriakan kedua. Sejak sekolah dasar hingga SMA sama terus apa yang terjadi itu. bertahun, sikap anak-mak yang tidak berubah.
Entah akan sampai kapan, apa ya sampai memiliki anak masih akan demikian. Mosok ya tidak akan ada perubahan. Ibunya tidak pernah berubah, anaknya apalagi. Seolah makin hari malah makin keras kepalanya.
Aku dan Ibu Ita bersahabat sejak kecil. Maka ketika sudah pada mau menikah akhirnya kami memutuskan membeli rumah bersebelahan. Biar bisa tetap bersama, dan kalau ada apa-apa bisa nitip anak kami gantian.Â
Dan benar, Ita setiap pulang sekolah di rumah, karena jam kerjaku lebih leluasa dari pada jam kerja Rini, Ibunya Ita. Di rumah Ita jauh lebih baik dan penurut dari pada Ima anakku. Â Yo wajar sih, namanya namu anak pasti lebih sopan. Berbeda bahkan berkebalikan dengan perilakunya kala di rumah.Â
"Ta, napa sih, tiap pagi harus membuat Ibu teriak-teriak, sampai orang se-RT dengar, " tanyaku pelan.
"Iya, Bu Dhe, Ibu tuh...
"Ibu kenapa Ta?"
"Ya gitu itu Bu Dhe, mendingan jadi anak Bu Dhe..."
Selalu begitu jawaban anak itu. Asli manis dan penurut kalau dengan aku. Ima sih cuek mana ribet dia dengan keberadaan Ita. Teman sejati, kayak kami. Main, berantem, dan juga jalan bareng. Kalau ada yang luar kota di antara kami, ya sudah mereka pilih mau di mana. Jadi kamar mereka dua, barang gak ada, bisa dipastikan ketinggalan di sebelah.