Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ali Mustofa, Cita-cita Uskup dan "Mantan" Pastor Menjadi Perbincangan

12 Maret 2020   20:08 Diperbarui: 13 Maret 2020   06:08 2363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: katoliknews.com

Cita-cita Uskup dan Kembali "Mantan" Pastor Menjadi Perbincangan.

Sependek umur saya, belum pernah mendengar ada anak Katolik atau orang tua Katolik yang memiliki harapan atau cita-cita menjadi uskup. Jika ada nanti tolong rekan-rekan Katolik, baik eksim, atau pastor, atau juga yang lainnya untuk mengatakan pernah bercita-cita jadi uskup. Mungkin saya yang kuper.

Mengapa cita-cita uskup hampir tidak ada? Anak ataupun kebayakan orang tua tidak akan familiar dengan yang namanya uskup. Kalau menjadi imam, pastor, rama, hampir semua anak laki-laki Katolik pernah berpikir, pengin, dan mencoba. Hampir semua lho ya. Uskup itu seperti jenjang karir, banyak orang tidak mengenal.

Sama juga lebih banyak anak mau jadi menteri, presiden, bupati, namun camat, lurah, gubernur sangat jarang. Karena jabatan-jabatan itu jarang terdengar oleh anak. 

Cita-cita anak itu yang pernah ditemui, atau sering dilihat. Uskup yang tidak terlihat anak secara langsung dan sering, lucu jika menjadi harapan anak. Lha kunjungan umat untuk di Keuskupan Agung Semarang ke paroki paling tiga tahun sekali. Mana ada anak yang terhipnotis untuk jadi uskup.

Dalam sebuah status media sosial, teman eksim menampilkan bagi artikel mengenai "mantan" pastor yang orang tuanya menginginkan dirinya jadi uskup. Soal keinginan menjadi uskup sudah cukup gamblang di atas.

Ada beberapa hal yang patut dilihat lagi sebagai berikut:

Mengapa demikian banyak mengaku "mantan" pastor, maaf jarang mengaku bekas pendeta, biksu, atau pemimpin Hindu? Karena yang paling jelas karakter pendidikannya itu Katolik. 

Sekali lagi maaf bukan merendahkan jenjang pendidikan pemuka agama lain. Yang terlihat mentereng, bahkan memiliki hirarkhi dan dikenal dunia internasional dengan uskup Roma atau paus.

Yang lain-lainnya tidak cukup memiliki tampilan publik yang bisa menjadikannya ikut lebih besar. Kalau mengklaim sama-sama ya buat apa bukan? Tidak cukup menjual.

Kedua, banyaknya kesalahan istilah, bahkan termasuk Injil dengan merujuk Kitab Suci lain, selain keempat Injil. Ada juga kesalahan penyebutan Kitab, jumlah bab atau pasal, karena ia tahu dengan baik, pendengarnya tidak akan melakukan pengecekan lebih jauh. Adat kebiasaannya sudah dipahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun