Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BUMN, Nenek Lu, Antara 212, Keberanian Erick Tohir dan Ahok

29 Februari 2020   12:06 Diperbarui: 29 Februari 2020   12:01 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelima, terlalu berlebihan jika berbicara memundurkan Jokowi, padahal rival utama dalam pilpres ada dalam pemerintahan saat ini. Lebih mendekati kebenaran adalah pihak-pihak yang selama ini terganggu kepentingannya. Bisa mafia migas, bisa koruptor artinya maling teriak maling dan meminjam tangan, atau orang dan kelompok yang ketakutan kasusnya akan terungkap.

Keenam, kelompok 212 dkk ini hanya alat, dan pengeraknya bisa siapa saja dan apa saja temanya. Asal deal  dengan bayaran siap berangkat. Mau mempermasalahkan apa, bisa dikondisikan. Menarik jika ada riset dan pengumpulan wajah-wajah demonstran ini satu per satu masuk data base. Sangat mungkin dalam demo lain orang yang sama akan muncul.

Sikap Erick Thohir. Cukup wajar ketika Erick jelas menolak gugatan menyopot Ahok. Namun dengan menambagi nenek lu dalam pernyataan ini mau mempertegas pilihan Erick itu siapa. Memang tidak penting aksi atau demo itu, pesan yang tegas, keras, dan lugas ini bukan untuk mereka, namun sponsor dan pemesan aksi.  Siapapun itu akan berhadapan dengan dua benteng kokoh.

Benar, Ahok sudah terpinggirkan dari kancah politik praktis, namun kiprahnya yang gila sangat dibutuhkan negara. Erick tentu bisa membedakan mana yang loyal atau mana yang mau mengeruk keuntungan semata.  Syukur negara ini masih memiliki orang-orang kuat dan berani seperti ini.

Bagus juga yan menjadi menteri adalah Erick Tohir. Tidak bisa membayangkan jika yang menghadapi itu Jonan misalnya. Seperti apa dampak yang akan terjadi. Bangsa ini memang sedang dalam naungan Semesta, sehingga bisa melaju. Dan saat mafia-mafia minggir, bukan lagi pengendali untuk bangsa ini lagi.

Demo itu hanya riak, di balik itu adalah permainan para mafia. Pelaku demo termasuk yang ada di mobil komando teriak-teriak itu pun belum tentu paham dengan apa yang terjadi. Nenek lu dari Erick jelas disemburkan kepada mereka-mereka yang sangat mungkin sedang senyam-senyum di istana, di Senayan, atau di mana saja. Rupa mereka yang belum tentu tulus mengabdi bangsa ini. Anak bangsa dan maaf anak bangsa beda-beda tipis.

Cukup jelas dan lugas, di mana para mafia, garong, dan perongrong negara melalui BUMN ini sudah saatnya menyingkir. Mereka sudah terlalu kenyang, tidak perlulah tamak untuk terus menerus menjadi benalu bagi negeri ini. ketamakan akan materi dan mengejar hal-hal yang dangkal telah menjadi gaya hidup yang merusak sendi-sendi hidup bersama.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun