BUMN, Nenek Lu antara 212, Keberanian Erick Tohir, dan Ahok
Ada hal menarik, ketika Erick Tohir tiba-tiba menyitir pernyataan Ahok mengenai  nenek lu. Ini adalah pilihan dan milik Ahok ketika menjawab dewan Jakarta beberapa tahun lalu. Ketika ada demo meminta Ahok diganti, menteri yang berwenang malah menjawab seperti itu. cukup menarik, sikap tegas ini berarti banyak.
Aksi 212 pada 21 Februari lampau sih tidak banyak berdampak. Ini hanya sebuah upaya menggaungkan, glorifikasi, dan maaf sedikit halusinasi. Mengapa? Setiap ada tanggal cantik selalu mengadakan even. Sama dengan nomer ponsel cantik saja.
Awalnya kan 2-12, dua Desember, ketika berjawa dengan kisah Ahok. Kemarin 2-12 pun mengadakan acara tetapi ya itu begitu saja lewat. Ketika ada 21-2 pun mencoba memaksakan diri dengan tema yang jauh dari isu-isu strategis. Sepi karena memang tidak menyangkut hidup orang banyak, temanya tidak seksi, dan kondisi tidak ada persoalan yang sangat serius.
Momentum tidak ada. Meskipun banyak kepentingan yang suka dengan keadaan tidak nyaman. Toh tidak ada penyandang dana yang mau mendanai ini semua. Naif jika omong itu adalah aksi spontan. Â Pengerahan massa sudah menjadi sebuah komoditas, even, dan acara yang sangat menjanjikan bagi sekelompok orang yang tahu dengan baik kondisi perdemoan.
Sudah bukan rahasia lagi, jika orang di jalan, atau pelaku lapangan itu tidak tahu isu yang diangkat. Lha yang jadi pembicara yang biasa dikenal dengan di atas mobil komando saja memiliki agenda sendiri. Bisa dicek dalam banyak rekaman baik pemberitaan atau tayangan dari mereka.
Aksi kemarin yang benar-benar sepi, ada beberapa hal yang janggal.
Pertama, tema besarnya adalah prihatin dengan keadaan bangsa berkaitan korupsi. Oke semua tentu sepakat persoalan korupsi. Menjadi lucu dan masalah, persoalan Lapindo, Jakarta yang didepan mata, atau korupsi lain kog tida diungkit. Malah terlalu jauh dengan meminta Ahok diganti.
Kedua, mengatakan tidak rela uang pembelian bensin untuk gaji Ahok. Terlalu jauh dengan tema besar yang diangkat. Selama ini kasus Ahok masih  asumsi. Begitu banyak kasus korupsi terang-terangan kog tidak diungkapkan atau dinyatakan juga. Kan lucu.
Ketiga, padahal yang teriak-teriak menolak Ahok selama ini sudah ketahuan siapa-siapa. Ingat berbulan lalu, ketika baru pengumuman, siapa yang menyatakan menolak? Nah apakah berlebihan jika ini hanya tunggangan orang-orang yang sama dengan waktu itu?
Keempat, apalagi meminta Jokowi mundur. Lebih lucu dan jauh lagi panggang dari api. Benar masih banyak persoalan yang Jokowi belum atasi, atau belum ada aksi nyata, toh terlalu berlebihan jika bicara korupsi dan Jokowi mundur.