Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andre Rosiade, Terjebak antara Penegakan Hukum dan Pencitraan?

6 Februari 2020   09:58 Diperbarui: 6 Februari 2020   10:12 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya Andre jelas berpikir ini sederhana, penggrebegan polisi atas aksi pelacuran. Point besar untuk dapat kampanye mau jadi apa saja. Apalagi konon mau maju untuk pilkada. Lumayan. Namun ketika kemudian terkuak satu-satu kejanggalan seperti ini?

Unsur politis, dimainkan juga oleh rival politik sangat mungkin. Masif juga pembicaraan soal satu nama ini, dan media tertentu yang menyiarkan terus. Belakangan baru media lebih gede ikut nimbrung. Jelas lah model pembunuhan karakter bisa menjadi sarana murah meriah dalam berpoitik. Masih dalam kadar yang wajar juga sih.

Jika benar rekayasa seperti yang sudah ditengarai banyak pihak seperti ini, menarik  melihat perilaku politikus ini, bagaimana politik menjatuhkan orang lain untuk menaikan citra diri demikian mudah dilakukan.  Mengorbankan perempuan yang butuh uang demi politik dirinya. Mungkin kita paham motif Andre adalah kampanye, namun motif si perempuan mencari uang dengan menjadi pelacur apa tahu?

Apa juga sesederhana itu bahwa pelacuran itu salah, tanpa mau tahu alasannya. Sangat mungkin itu gaya hidup, namun jika itu untuk memberi makan anaknya?  Bayangkan, apakah tidak lebih bijak dan baik memberikan lahan pekerjaan, pelatihan ketrampilan, dan sejenisnya dari pada  membesarkan kasus dengan penggrebegan. Ingat kasus pelacuran itu setua umur manusia.

Tentu bukan membela pelacuran dan pelacur, namun bukan dengan kaca mata dan paradigma sebelah semata. Ketahui juga latar belakang dan kebutuhan pihak lain. Mosok wakil rakyat, pusat lagi, pola pikirnya demikian sempit. Miris.

Andre tentu tidak akan menyangka sebesar dan seliar ini bola salju yang menggelinding, efek positif yang diharapkan malah tidak karu-karuan menghantam dirinya. Jauh lebih buruk apalagi jika ketahuan benar ia yang memesan dan membayar untuk pelacuran itu.

Sedikit saja lebih cerdik, ia melaporkan bahwa ada pelacuran online di Padang, soal mau menjebak atau menggunakan umpan itu polisi lebih tahu dan paham. Pelaporan dia akan bisa dijadikan bahan kampanye. Miris bahan bagus di tangan bukan ahli malah mentah dan menjadi bumerang.

Ia lupa kalau ini permainan empuk bagi politikus. Ia yang maunya kampanye awal malah menjadi sasaran tembak duluan. Bisa layu sebelum berkembang jika ia tidak cerdas mengelola isu yang ia buat sendiri ini.

Bola salju sudah menggelinding dan membesar. Mengarah kepada dirinya malah. Jauh lebih cerdik ia diam saja dan memilih ahli komunikasi untuk menjadi juri bicaranya. Tidak akan bisa ini politik tenar meski cemar ia ambil.

Sumbar berbicara soal orang mengambil keuntungan dengan mengorbankan pihak lain jangan harap masih bisa banyak berbicara. Strategi yang salah kelola. Kesusu, kalau orang Jawa bilang. Kebat klewat, maunya cepat malah kelewat.

Pihak rival juga mengintai di tikungan. Jangan anggap rival politik tidak ikut memainkan peran untuk menelanjangi Andre. Sangat mungkin juga mereka ikut dompleng dalam derita Andre. Seolah-olah  berbicara fakta, namun demi keuntungan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun