Hal-hal ini seolah lepas dilihat para pengritik, atau ada sebutan pembenci Anies. Apapun sebutannya, yang jelas yang jengkel dengan pilihan Anies harus sadar, terbuka wawasannya untuk mencermati langkah-langkah Anies yang sangat terbuka ini.
Panggung ketenaran, ala pilkada Jakarta dan pilpres, panggung cemar asal tenar sukses memang diperoleh. Konteks dan kondisi berbeda, yang masih diyakini sebagai sebuah cara murha meriah, ya biar saja karena memang mereka tidak memiliki cara lain.
Sikap Jokowi dan jajaran yang mengambil alih jelas lebih bijaksana dari pada mengambil opsi memecat Anaies misalnya. Â Apa yang dilakukan pendukungnya yang mati-matian selama ini semua kog, mereka paham dan jengkel, hanya saja tidak akan mau mengutuk pilihannya dan juga harapannya.
Anies ini semu pendukungnnya, mereka berteriak, memaki di medsos aslinya malu dan geram saja dengan rumahnya terendam. Tetapi jelas tidak bisa bereaksi yang sama. Nah apa yang bisa dilakukan? Ya memaki-maki, mencari-cari pembenar, sejatinya dalam hatinya ngamuk langit tingkat tujuh. Mana ada rumahnya kebanjiran masih memuji, omong kosong kalau waras.
Apa yang ditampilkan, apa yang dijadikan jawaban, apa yang dilakukan itu semua dalam satu frame, ada dalam satu rangkaian besar untuk mendapatkan tujuan yang lebih gede. Nah ketenangan, kesabaran menjadi penting. Jangan kemudian terpancing dan mengambil langkah gegabah untuk ini dan itu. Pilihan pemerintah pusat sudah cukup baik. Dan rakyat juga akan bisa setenang itu menghadapinya. Dengan tidak menganggap ia ada itu jauh lebih penting. Energi, waktu, dan tenaga tidak perlu dihambur-hamburkan yang tidak penting. eLeSHa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H