Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ucapan Natal Bukan Perkara Toleransi, Tetapi Lebih pada Pertimbangan "Politis"

9 Desember 2019   18:43 Diperbarui: 9 Desember 2019   20:08 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jangan kaget, ketika intimidasi terulang, kejadian perusakan, maaf tidak tahu namanya, sarana peribadat agama di Bromo, kalau tidak salah. Lagi-lagi orang yang tidak bertangung jawab melakukan perusakan pada sarana umum yang sejatinya dijamin oleh negara bahkan UUD, tidak semata UU, ini ada dalam UUD.

Seruan atas nama kelompok besar, banyak, dan merasa paling saleh, paling suci, dan paling benar, tentu merusak Bhineka Tunggal Ika. Dasar negara sudah selesai dengan adanya Proklamasi dan UUD 1945 dengan landasan Pancasila. Sah telah diketok oleh bapa pendiri bangsa. Mengapa kini kembali meributkan hal-hal yang tidak lagi fundamental itu.

Aneh dan lucu, toh dalam pemilu pun para penganut paham agama sebagai ideologi bangsa tidak pernah bisa bersaing cukup dignifikan dengan partai nasionalis. Artinya bahwa memang banyak dan dominan rakyat bangsa ini memilih Pancasila bukan agama sebagai dasar bernegara. Toh tidak ada yang bertentangan mengenai dasar negara dan agama.

PAN pun mulai sadar dan mengatakan surga dan neraka bukan lagi jualan yang menjanjikan dalam berpolitik. Padahal kan semua paham bagaimana mereka selama ini berpolitik praktis. Neraka, surga, partai setan dan partai Allah pun menjadi sebuah gaya berkampanye menarik simpati.

Jelas memberikan faktualisasi bahwa partai politik saja sudah tahu ke mana arah angin berbangsa yang makin nasionalis, bukan lagi agamis. Ingat ini bukan berbicara soal antiagama tentunya, tapi menempatkan pada posisi yang semestinya.

Sering malah campur aduk sehingga saling silang tidak karuan. Dan itu memang oleh sebagian faksi dan kelompok dalam berbangsa ini disengaja. Mencari keuntungan dengan cara  yang tidak patut dan semestinya. Miris sebenarnya, sekian lama pembiaran demi pembiaran terjadi, dan seolah baik-baik saja.

Kemenag sebagai kementrian seluruh agama, bukan agama tertentu sebagaimana pernyataan Menag Fahrul Rozi ketika usai dillantik sangat menyejukan dan memberikan harapan Bangsa Bhineka Tunggal Ika benar-benar terwujud. Masih perlu waktu dan pembuktian mengubah wajah birokrasi Kemenag yang toleran dan berdasar Bhineka Tunggal Ika secara mendasar dan sejati.eLeSHa.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun