Wacana Presiden Tiga Periode dan Stafsus Milenial ala Jokowi
Cukup menarik dan menjadi perbincangan cukup hangat dua hari ini, hanya mungkin akan mundur teratur karena Ahok menjadi Komut Pertamina jelas lebih sensasional. Pemilihan kaum sangat muda menjadi stafsus cukup mengagetkan, sehingga ketika pimpinan MPR mengatakan kemungkinan presiden tiga periode akan menjadi pembicaraan kalah mendapatkan perhatian.
Presiden tiga periode dan sistem yang bekerja
Dapat dipastikan akan terjadi pro dan kontra yang amat sangat. Mengapa? Karena keberadaan sistem era Orba yang berkuasa puluhan tahun namun dengan perkembangan kemajuan yang tidak signifikan. Alah menjamurnya politik KKN, dengan nepotismenya yang hingga hari ini masih demikian kuat.
Pemerintahan dan birokrasi lamban, mata doitan, dan korup jelas karena pernah hidup dalam era otoriter sangat lama. Masa di mana sudah harus menyiapkan kaderisasi, malah mendengar suksesi jadi subversi.  Jangan kaget, potensi-potensi itu  banyak yang mati dan layu sebelum berkembang.
Penyiapan generasi berikut untuk menjadi pemimpin sangat minim. Nepotis dan koncoisme di BUMN, militer, dan polisi puluhan tahun, jelas tidak membawa anak-anak terbaik bangsa ini bisa terdidik menjadi pemimpin yang handal. Malah mirisnya menjadi para penjilat dan pemuja kekuasaan sistim instan.
Basis prestasi dan kinerja menjadi ompong, dan banyak yang mengandalkan uang, otot, dan melotot semata untuk meraih jabatan. Sistem pemilihan berubah, namun perilaku mentalitas para pelaku masih identik.
Pembersihan rival politik dengan cap OT jelas membuang jutaan masa depan orang-orang kompeten, dan diisi dengan para penakut namun yahud dalam menjilat. Jangan salahkan jika kini seolah kebingungan mencari figus mumpuni secara komprehensif.
Manipulator Agama dan Potensi Kepemimpinan
Ketika manipulator agama demikian masif menguasa panggung birokrasi, politik, dan aneka bentuk berbangsa sekian lamanya, jangan harap dari etnis kecil dan sedikit, meskipun ekselen bisa berbicara banyak. Tentu bukan semata yang etnis, agama, suku, dan anak bangsa lain dengan label sedikit akan tersingkir. Cap OT dan komunis sebagai ultrakiri menjadi senjata bagi ultrakanan untuk mengambil alih dan kini benar-benar tersesat pada kutub yang berseberangan.
Miris ketika bisa lolos dari yang ultrakanan, jatuhnya pada perilaku korup. Ini masalah serius sebagai bangsa ketika mau membangu negeri. Orang-orang terbaik sudah terbungkam oleh cap komunis masa lampau, menghasilkan generasi ketakutan. Nah generasi penakut ini pun jatuh pada ekstrem lain, banyak yang menjadi  manipulator agama, dan kadang juga tamak dan malingan dalam korupsi.