Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Agus Raharjo Kala Jadi Polisi India dan Kedatangan UAS

21 November 2019   11:37 Diperbarui: 21 November 2019   11:42 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Agus Raharjo Kala Jadi Polisi India dan UAS

Agus Raharjo di ujung kepempinannya menganjurkan para petugas KPK menanggalkan atrubut keagamaan ketika bertugas. Yang ia jadikan contoh adalah kopiah haji. Ketika di luar kerja silakan, apalagi pas menangkap, dari pada ribet. Setuju sepenuhnya dengan ide dan gagasan pimpinan ini, namun mengapa sekarang?

Di dalam waktu yang berdekatan, mereka juga mengundang UAS untuk mengadakan ceramah, peneguhan soal integritas. Gagasan baik sih, hanya masalahnya mengapa ketika banyak tudingan yang mengarah pada penguasaan KPK oleh kelompok tertentu, eh mereka seolah sengaja menunjukkan keberadaan mereka yang sangat eksis?

Mengapa tiba-tiba Agus sebagai pimpinan mengatakan mengenai label, atribut, pakaian dan kelengkapan yang menunjukkan simbol-simbol keagamaan itu, ketika bekerja. Lha memangnya baru kali ini, atau baru sadar bisa menimbulkan potensi masalah?

Memang sangat mungkin karena ikut semangat pemerintah yang sedang menggalakkan  aksi untuk menekan para pelaku manipulator agama. Jika iya, patut diacungi jempol. Menjadi pertanyaan dan miris adalah, mengapa baru sekarang?

Menag dan jajaran lain sudah sebulan lalu kog. Mosok baru sadar, atau baru berani? Ada beberapa hal yang bisa dilihat untuk dicermati lebih dalam;

Pertama, seolah menjadi polisi dalam film-film India, yang datang pasti terlambat sekian langkah dari para pelaku kejahatan. Jadi jangan memikirkan polisi India atau polisi Taliban seperti desas-desus selama ini lho ya. Ini hanya meminjam istilah yang pas soal kedatangan dan pernyataan telatnya.

Kedua, terllambat sebagai sebuah institusi ketika mengatakan mengenai atribut "berlebihan" mengenai identitas pribadi ketika sedang bekerja. Ini seolah identitas khusus yang sudah sekian lama kog. Ke cenderungan AR baru berani lebih kuat dari pada baru tahu bahwa itu berpotensi menjadi persoalan.

Ketiga, maaf, jika baru berani, dan juga melihat rencana pemerintah, berarti kepemimpinan sangat lemah. Tidak memiliki sebuah gebrakan yang nyatanya memerlukan inisiatif dari luar dan pihak lain serta baru ikut di belakangnya. Ini jelas bukan seorang pemimpin yang bagus.

Keempat, sangat mungkin dikuasai oleh kelompok yang memiliki kekuatan. Hal yang lagi-lagi sangat mungkin, kuat uang, jaringan, atau massa mungkin. Melihat pernyataan yang sangat terlambat dan juga mengambang itu.

Kelima, keberadaan WP yang ditengarai ada faksi dan kemudian mengundang pribadi yang sangat lekat dengan ideologi tertentu, susah mengatakan bahwa baik-baik saja di dalam tubuh KPK. Seolah menantang dan mempertontonkan kepada pemerintah dan publik, bahwa mereka "tidak takut" dan sejalan dengan ideologi penceramah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun