Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Agus Raharjo Kala Jadi Polisi India dan Kedatangan UAS

21 November 2019   11:37 Diperbarui: 21 November 2019   11:42 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keenam, pengakuan pimpinan kalau sempat mencegah kedatangan UAS, memberikan dua hal yang patut dicermati lebih dalam lagi.

Satu, kelompok yang mengundang memiliki power, kekuatan, dan kekuasaan yang "lebih" dari pada pimpinan. Jelas ini masalah besar bagi sebuah lembaga, ada lembaga di dalam lembaga. Adanya pimpinan yang kalah dengan karyawan.

Dua, isu selama ini mengenai faksi itu menemui titik terang kebenarannya. Miris jika benar-benar demikian, tanpa ada tindakan lanjut yang semestinya. Bagaimana pimpinan bisa dikadalin anak buah.

Ketujuh, potensi benar adanya kalau ada "kekuatan" lain, ketika keluar ancaman " si pengundang" akan dipriksa. Lha yang meriksa apa berani, wong nyatanya bisa mendatangkan orang luar ke dalam saja pimpinan tidak berdaya kog.

Kedelapan, jadi bagaimana pertanggungjawaban kepada bangsa dan negara atas kinerja selama ini. Jangan-jangan   ada pula perilaku tebang pilih kasus, kawan atau lawan, dan sebagainya. Lebih mengerikan jika lawan politik dihabisi denga isu korupsi yang mereka tangani.

Seolah sederhana saja apa yang ketua nyatakan mengenai pakaian identitas private itu, pun kedatangan UAS, apalagi ada yang mengatakan salahnya di mana pengajian dan peneguhan karakter.  Seolah sesederhana dan sesepele itu. Padahal itu penyakit akut bangsa ini.

Selama tidak ada pengakuan dan keberanian menyatakan KPK bermasalah, susah melihat bagaimana KPK mau disembuhkan. Bagaimana mau obat kalau merasa baik-baik saja. Salah satunya ya jelas ini. bagaimana mereka dibangun selama ini.

Obat seperti apa itu baru bisa dilakukan jika mau diperiksa dan menemukan persoalan bukan persepsi apalagi opini. Selama ini sama sekali tidak ada. Dan kapan sembuh. Toh penyakit dalam banyak segi hidup berbangsa mengenai ketidakjelasan yang selalu dipelihara.

Kepemimpinan menjadi penting, bagaimana pemimpin itu harus memiliki visi, misi, dan program yang jelas, terukur, dan terutama independen. Bagaimana ketika mereka ketakutan terhadap anak buah namun merasa tidak lagi bebas karena adanya gagasan dewan pengawas. Ini soal kepemimpinan bukan soal dewan pengawasnya.

Sayang bangsa sebesar ini harus selalu menjadi bangsa biasa-biasa saja karena penuh dengan pejabat dan elit tamak, penakut, dan mudah dibeli demi kepentingan diri dan kelompok. Saatnya bebenah dan melaju kencang menuju Indonesia yang jauh lebih baik.

Syukur bahwa hanya tinggal hitungan hari akan lahir kepemimpinan yang baru. Harapannya agar dengan gairah baru, darah baru, dan orang-orang baru menjadi lebih baik lagi dan bukan hanya berharap terus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun