Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pentingnya Sertifikasi Nikah

16 November 2019   12:54 Diperbarui: 16 November 2019   13:08 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mendengarkan, tidak semata mendengar

Ini sangat krusial. Orang bisa mendengar sambil menulis, mengetik, main games, atau sambil tiduran. Dalam pernikahan diperlukan saling mendengarkan. Mendengarkan itu seluruh aspek badaniah ikut, termasuk ranah rasa. Bayangkan istrinya sedang curhat anaknya bandel si bapak sambil ngerokok dan main hape hanya menjawab heeemm. Atau sebaliknya si suami sedang bercerita betapa berat persoalan kantor, istrinya malah tertawa-tawa menyaksikan sinetron.

Hal-hal seperti itu jarang menjadi masalah ketika dalam pacaran atau penjajagan, karena mau memaklumi, jangan tanya ketika sudah dalam pernikahan. Sikap mendengarkan itu juga perwujudan kasih.

Media komunikasi dan alat komunikasi

Hal yang sejatinya netral, namun bisa menjadi mesin pembunuh jika tidak disadari dan disiasati dengan baik. Konon katanya penelitian membuktikan angka perceraian tinggi karena internet. Sangat mungkin. Lha berpelukan saja masih bisa mengirimkan pesan mesra pada yang lain. dining tembok kamar tidur  yang sangat privat, anak pun bisa dibatasi, namun siapa sangka malah bisa kalah dengan adanya internet bukan?

Mereka perlu dibimbing untuk bisa membuat komitmen bersama bagaimana menyikapi hal demikian. Pihak luar seperti pemateri kursus sertifikat hanya menjadi fasilitator, tidak akan bisa memberikan resep paling jitu untuk setiap pasangan. Mereka yang merumuskan dan menemukan formulanya.

Sering istri memaksa tahu password suami, namun apakah mereka berlaku yang sama? Ini juga berkaitan dengan pola pemikiran dan pola tindak laki-laki dan perempuan. Jauh berbeda. Dan perlu adanya pengetahuan, bukan semata naluriah. Bisa dipelajari.

Catatan.

Kadang jatuh pada formalitas. Lihat saja sertifikasi guru apa hasilnya. Nah pengalaman itu, juga dalam Gereja Katolik pun tidak sedikit yang hancur pernikahannya padahal sudah ada pemeriksaan kanonik, kaitan dengan Hukum Gereja yang sangat ketat, KPP yang sudah sekian lamanya. Sikap formalitas perlu disikap sehingga para calon bisa belajar dengan sungguh-sungguh.

Narasumber dan fasilitator. Perlu dicari pribadi-pribadi yang memang sudah sukses dengan perkawinannya sehingga memberikan sharing pengalaman itu tentu berdasarkan apa yang dialami dan jalan keluar  yang diberikan itu  memang penemuan mereka.

Beberapa  materi sangat mungkin adalah profesional di bidangnya, seperti medis, psikologi, dan ekonomi. Sisi moraal juga menjadi penting, sehingga keluarga bisa menjadi benteng negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun