Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyandingkan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Risma

11 November 2019   19:06 Diperbarui: 11 November 2019   19:13 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anies dan Prestasi atau Kontroversi?
Ya terserah sudut pandang, itu sangat normal di era demokrasi yang masih berkembang. Sangat mungkin kog, jelas-jelas kontroversi diklaim sebagai prestasi. Contoh jelas soal pembukaan atap JPO bisa dinarasikan soal pemikiran modern dan mengikuti zaman karena menyediakan spot foto. Padahal sisi lain mengataka itu bukan untuk foto tapi pejalan kaki.

Ada pula yang tampilan masa lalu justru di balik untuk mencitrakan prestasi Anies, itu juga sangat normal dalam alam demokrasi, namun apakah itu semua bisa terus-terusan menjadi gaya berpolitik di era modern? Ketika media sosial, rekam jejak digital dengan mudah diakses bahkan oleh orang di pelosok kampung sana.

Ketiga nama ini sedang ramai menjadi pembicaraan. Apakah ada kesengajaan atau tidak? Jelas ada, siapa yang menggerakan entah, apa motivasinyapun entahlah. Yang jelas bahwa pegiat media sosial dan pelaku dunia maya gerah melihat sepak terjang Anies dengan segala retorika dan narasi yang seolah-olah paling baik itu. Disajikanlah narasi lain yang jelas kasat mata, capaian itu bukan klaim, namun kerja keras dan kerja cerdas.

Era kini adalah politik kerja. Prestasi menjadi tolok ukur, narasi dan wacana itu bukan untuk seorang pemimpin, namun seorang pemimpi dan pendongeng di tengah himpitan hidup. Demokrasi adalah ajang unjuk prestasi dan kerja keras dan kerja cerdas.

Masa banyak omong sudah lewat, bukan lagi saatnya guyonan almarhum Gus Dur masih relevan, ketika membandingkan kinerja bangsa ini dengan bangsa Afrika, Jepang, dan negari lain. saatnya banyak kerja, banyak prestasi, omong boleh, asal berdaya guna.

Membicarakan ketiganya dengan melihat faktanya memang susah, ketika Anies, kehilangan daya magis kata-katanya, karena memang era kata manis sudah lewat, kinerjanya yang nol besar diambil laih tokoh lain yang memang tipikal pekerja.

Kesalahan Anies itu hanya satu, mengapa menggantikan Ahok yang bertipe pekerja, bukan tipe narator. Jomplang yang susah untuk diangkat lagi karenanya. Orang yang haus melihat prestasi akhirnya mengulik dua tokoh lain yang  menjawab kerinduan anak bangsa dalam melihat bangsanya yang berjaya dengan kerja, bukan omong saja.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun