Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Narasi Gagal Anies dan Tempo

10 November 2019   18:52 Diperbarui: 10 November 2019   19:18 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagaimana ia bisa "dihabisi" lebih dulu, karena ia demikian terbuka dan lemah posisinya. SP sangat kuat, karena toh ia menyatakan tetap bersama pemerintah, ketika kadernya berteriak oposisi. Posisi Anies sangat mungkin hanya menjadi alat bagi SP dan Nasdem

Nonpartisan jika tidak cerdik sangat mungkin terjungkal sejak awal. Jangan merasa diri gede seperti Jokowi. Bandingkan dengan Ahok saja, ia bisa terjungkal kog. Apalagi catatan buruk Anies jauh lebih kentara, mau dibalut dengan jubah agama toh sulit juga.

Sangat mungkin ia dijadikan korban jika membahayakan. Lihat ketika ia malah meminta proses wagub dari PKS untuk diproses dulu. Sangat mungkin ia mengatakan sesuai waktu dan kronologis. Jangan lupa, Gerindra memiliki kursi lebih banyak dan tentu lebih kuat. Kebersamaan dengan partai nasionalis, lebih banyak untuk "menyingkirkan" Anies yang  belum tentu akan dibela Nasdem lagi jika posisi telah terjepit parah.

Apapun yang ia lakukan akhir-akhir ini seharusnya ia hitung masak-masak, jangan grusa-grusu, semua mata sedang menuju ke sana. Mata itu juga moncong senjata yang siap menyalak. Jangan anggap sepele dan semua baik-baik saja. Ingat pengalaman jadi menteri. Waktu itu masih demikian banyak orang yang mendukung dan memberikan sokongan moral, karena masih belum tahu seperti apa aslinya.

Kini dengan kondisi yang demikian jelas terbaca, anggaran itu tidak main-main, malah menuding pihak lain, mengatakan sistemnya salah, dan kini "kolaborasi" bersama media untuk menaikan kondisi yang sedang terpuruk. Ingat kalau ada di laut jangan pernah minum air laut karena akan mencekik leher, katanya.

Kondisi yang sama sedang terjadi dan dialami, mau erbuat apa saja toh akan ditemukan negatifnya, jauh lebih bijak dan arif adalah diam. Diam bukan berarti apatis, namun mengurangi potensi menciptakan musuh. Tidak cukup lagi demokrasi cemar asal tenar. Dan tidak cukup kuat juga Anies itu di kancah nasional dengan label gagal yang demikian lekat.

Mengandalkan faksi fundamentalis yang sebentar lagi juga makin ciut nyalinya untuk berteriak. Masa itu sudah lewat. Momen itu sudah bukan milik Anies pun Surya Paloh. Semua sudah ketahuan belangnya. Jangan anggap itu mudah diputihkan seperti pajak.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun