Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Narasi Gagal Anies dan Tempo

10 November 2019   18:52 Diperbarui: 10 November 2019   19:18 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sah saja menafsirkan kover majalah Tempo dengan gambar Anies yang mau melepaskan diri dari kaleng Aibon adalah setting-an mereka bersama. Toh bebas mau menafsirkan, ada pula yang menerjemahkan kalau Anies pejuang tangguh sedang keluar dari  belitan lem yang demikian lekat.

Benar juga tafsiran Anies membelikan diri dalam lem, bukan terbelit, ini pun bisa, bebas, seturut penerjemah. Ada pula kemungkinan, bahwa susah payah toh lem itu demikian menguar kuat, dan terjebak tidak akan mampu lagi keluar. Apalagi hidung digambarkan demikian besar, dan lem biasa diasumsikan sebagai bahan untuk madat.

Salah satu dugaan bahwa mereka ada "kong-kalikong" dengan adanya cuitan Anies melalui media sosial di mana ia menyatakan terima kasih kepada Tempo sebagai pilar keempat demokrasi. Normal, wajar, dan sangat biasa.

Mengapa mengambil judul gagalnya narasi mereka?

Pertama, ini mau mengidentikan dengan Jokowi Pinokio beberapa waktu lampau. Ingat Jokowi tidak bereaksi. Yang riuh rendah adalah pendukungnya. Ingat posisi Tempo dalam app terjun bebas. Artinya mereka hancur lebur dalam penjualan.

Kedua, kali ini posisi Anies hendak dinyatakan sebagai sebuah korban konspirasi, ini sangat sulit, posisi Anies itu membelitkan diri bukan terbelit. Justru hati-hati akan makin dalam posisi Tempo. Kali ini sangat mungkin boikot senyap itu makin menenggelamkan Tempo,

Ketiga, Aniespun mau menarasikan apapun juga, tidak akan membantu. Mengapa? Posisinya sangat lemah, dilematis, dan malah makin meracau dan menuding ke man-mana. Masih ditingkahi gagasan-gagasan konyol seperti pelepasan atap JPO, memangkas pohon angsana puluhan tahun, itu makin menenggelamkan posisi Anis.

Keempat, jika berbicara 2024, kok sejak 2019, sangat mungkin kehabisan energi di tengah jalan. Seperti orang lari maraton, malah sprint sejak start. Tidak sampai separo sudah habis duluan. Ingat masih begitu banyak hal bisa terjadi. Ini politik. Hitung-hitungan, apalagi demokrasi di tengah dunia demokrasi masih latihan, sangat mungkin hancur duluan.

Kelima, posisi Anies yang hanya menata kata, tanpa aksi, model dekade lampau sudah usang. Kini adalah model elit pekerja. Lihat saja Ganjar mulai naik dengan Jateng ramah investasi, Risma dengan Surabaya yang memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dan efisiensi anggaran yang jelas-jelas nampak di depan mata.

Apa artinya bagi Anies, dengan Tempo atau Nasdem?
Ini peringatan, ini sasmita, ini adalah pralambang, tidak usah nggege mangsa, buktikan dengan kinerja jangan hanya seperti anak kecil yang mau membuat pesawat terbang dengan menabung, namun tidak tahu pesawat terbang itu seperti apa.

Kedekatan Surya Paloh yang nampaknya dan sangat mungkin maju menjadi kandidat presiden 2024, dan kemungkin terbesar bersama Anies, penjajagan yang masih sangat cair itu menjadi penting. Waktu lima tahun masih cukup panjang, justru posisi Anies yang sangat rentan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun