Ada dua kelompok besar rasa, di mana yang pertama jelas senang dan puasnya. Kedua, geli saja,, mau mengatakan kecewa tidak juga, mau menulis kalau marah buat apa, atau sedih sama sekali tidak. Geli dan aneh rasanya.
Pertama, suka atau puasnya.
Gak puas bagaimana, ketika yang bukan siapa-siapa itu bisa nembus 2.5 juta pembaca dalam waktu lima setengah tahun. Sama sekali tidak pernah membayangkan. Lha menulis pertama dengan pembaca 40-an saja sudah seneng. Momen ketagihan ketika mengomentari sebuah berita mengenai Pluralisme, kala itu 950 pembaca dan pertama kali  tahu namanya TA. Trending Artikel, ini full pilihan admin dan sangat membantu keterbacaan. Tanpa berkelana di blog, Beyondblogging, jelas tidak mungkin.
Belum lagi komentar "ngeri" profesor lagi, mau jawab saja bingung, takut, dan gamang. Sama sekali tidak berpikir kalau itu adalah agama. Pikirnya negara Pancasila yang parameternya Pancasila. Itu tahun 2014, ketika para pelaku mabuk agama masih jaya-jayanya.
Interaksi dan saling ledek dalam sebuah artikel dan diartikelkan balik. Â Kalau bicara ini sih seperti orang pensiunan bicara masa lalu, lha memang seru kog. Ledek-ledekan karena kacamata yang saya pakai dalam PP pernah jadi artikel seharian berbalas dan bercanda dan itu ramai juga.
Mengenal begitu banyak pribadi, beragam karakter, pendidikan, dan tabiat dari berbagai suku, agama, profesi, dan juga latar belakang. Di satukan dalam satu hobi menulis. Interaksi dalam komentar kemudian dalam perpesanan Kompasiana, dan berlanjut dalam komunikasi, dulu email, dan meningkat dalam WA dan banya WAG sekarang.
Menambah saudara, menambah wawasan, dan syukur tidak ada musuh yang tercipta karenanya. Malah tidak jarang menjadi sangat personal dan bisa berbincang lepas dari dunia tulis menulis dan isu yang hangat.
Mengajari dan belajar untuk sabar, mendengarkan, serta bijak dalam bersikap dan bertindak. Sering menulis politik yang kental pro dan kontra, ada yang kubu ini dan itu, dan bagaimana mengelola emosi karena kadang dikomentari dengan sangat buruk dan kasar. Syukur bahwa jarang ada caci maki di K.
Nah menghadapi itu kalau tidak hati-hati bisa jadi masalah dan ribut yang tidak bermanfaat. Kadang menulis apa dikaitkan dengan afiliasi politik. Coba bisa jadi emosi kalau tidak hati-hati. Biasanya tidak langsung menjawab, tetapi "jalan-jalan" dulu dan baru  menjawab.
Bagusnya K adalah, tidak ada caci maki, apalagi oleh Kners yang tidak pernah menulis. Memang dulu ada beberapa akun tidak jelas suka mencela, tetapi bukan memaki. Di media lain, caci maki seolah hal yang wajar, dan buat apa bermedia mencaci. Lucunya pencaci biasanya belum pernah menulis. Kan aneh mau jadi penulis atau pencaci jika demikian?
Lha berbeda saja masih bisa saling vote dan komentar kog. Interaksi yang menyenangkan dan ini juga mendewasakan. Perbedaan sudut pandang dan itu bukan membedakan kemanusiaan bukan?