Mengupa diusik adalah apa yang dijalankan itu tidak sesuai dengan tugasnya. Bagaimana tidak, ketika BUMN banyak merugi, namun aktifitas yang tidak menyangkut secara mendasar teknis BUMN lebih masif dan banyak. Kan aneh, produktifitas, efisiensi, dan hasilnya tidak menjadi lebih baik.
Syukur lagi adalah Menteri Agama itu jenderal, berbeda pendekatan jika itu ulama dan pemuka agama saja.
Mengapa? Karena pola pendekatan yang berbeda. Pemuka agama akan cenderung positif thingking. Pendekatan jenderal adalah keamanan, mana yang berpotensi memperlemah. Apapun alasannya kalau membuat keadaan lemah sepanjang tidak melanggar UU dan perintah agama akan diselesaikan.
Dasar politik juga tidak cukup dominan. Pada ujungnya kalau orang politik itu keterpilihan dan ketenaran menjadi yang utama. Nah ketika bukan orang politik, bisa melakukan apa yang seharusnya dan sebenarnya. Ini menjadi penting dan menjadi pembeda. Apa yang seharusnya dilakukan, meskipun tidak populer tetap dilakukan. Tidak memiliki beban untuk bertahan.
Manipulator agama. Istilah yang pas juga, karena ini bukan soal agama sejatinya. Soal ideologi politis. Jika bicara agama tentu akan menciptakan kebaikan, kedamaian, dan kerukunan. Nyatanya sebaliknya.
Agama menjadi kedok, berlindung, dan bernaung dengan aman.
Apalagi ketika ada upaya yang menggoyang, orang sudah ketakutan dicap menista agama, menodai agama, memusuhi agama. Dan ketika ada yang tidak terbebani itu merombak pemahaman agar menjadi lebih baik, semua bisa dikembalikan pada rel  yang semestinya.
Agama jelas baik, namun belum tentu orang dengan keinginannya bukan? Dan itu sangat mungkin dikamuflasekan, ketika gaya berbangsa masih munafik dan mendua. Mau seperti apa, jika lebih dominan mencari aman, menjual agama, labeling demi kedudukan, jelas bukan ajaran agama, itu upaya pemanfaatan agama.
Bagusnya lagi ormas-ormas terbesar mendukung dan mengatakan itu bukan agama, atau perintah agama, hanya sebentuk cara beragama, yang tidak melanggar agama jika diluruskan sekalipun. Saatnya bebenah menuju Indonesia maju. Pembiaran sekian lama saatnya dihentikan dan kembali kepada jati diri bangsa.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H