Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais "Tidak Merestui" Menhan, Kekalahannya dari JK dan Politikus Ini

28 Oktober 2019   18:40 Diperbarui: 28 Oktober 2019   19:03 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cukup menarik permainan kata dalam sebuah berita, jelas tidak menjelaskan esensi, hanya sebentuk sensasi tentunya. Amien Rais tidak merestui Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, karena ia bukan bapaknya. Maka ia juga tidak menolak. Jelas konteksnya demikian, namun tidak menarik untuk mendulang hits tentunya.

Agak berbeda, namun berbahaya, ketika Mahfud MD mengatakan, melarang masjid utamanya yang ada di kantor-kantor BUMN dipakai untuk mengkafirkan orang yang berbeda pandangan apalagi pilihan politik. Media menjadikannya Mahfud melarang penggunaan kata kafir. Ini jelas sangat jauh berbeda konteks dan artinya.

Ini soal betapa konteks, persepsi, dan narasi itu memegang peran sangat penting, apalagi di alam media sosial dan media komunikasi yang demikian canggih dan cepatnya. Berubah koma atau satu huruf saja bisa  menjadi masalah dan berbeda sangat jauh. Apalagi memang ada kepentingan di sana.

Orang menjadi seolah terkaget-kaget, ketika Prabowo menjadi menteri Jokowi, menteri sebagai pembantu presiden, apakah ini sebenarnya hal baru bagi politik Jokowi? 

Tidak. Jelas tidak, ada Jusuf Kalla yang mengatakan Indonesia bisa bubar dipegang Jokowi, ketika masih jauh dari masa pencalonan presiden di periode 2014. 

Toh nyatanya di pilpres 2014 JK menjadi calon pasangan Jokowi, dan hingga 2019 selesai masa jabatan tidak ada yang bubar dan JK sukses menjadi wakil presiden RI.

Amien Rais dan JK

Perbedaan menyolok dari keduanya adalah kelihaian di dalam bermain politik. Kesalahan dan kekeliruan dalam berbicara atau bersikap itu bisa dengan segera diselesaikan dengan pendekatan personal. Miris ahli politik malah gagal menerapkan teori yang dimiliki. Hal yang lumrah salah dalam bertindak dan berbuat apalagi namanya politik, namun harus cepat menyikapi dengan pendekatan lain yang bisa menutupi kesalahan itu.

JK dengan jaringan yang dimiliki mampu menjadikan itu sebagai sebuah kekuatan dalam menjadikannya wapres. Toh tidak ada yang meributkan pernyataannya terdahulu, tidak pula menjadi senjata yang mematikan keberadaannya dalam menapakai jalan politik selanjutnya.

Persoalan rival dan pernyataan buruk terhadap pihak yang sangat potensial menjadi rival adalah hall yang wajar. Namun ketika ada potensi menjadi kawan, cepat-cepat berbalik arah dan bisa menisbikan pernyataan sebelumnya. Ini politikus yang jempolan, ingat bukan menjadi politikus yang memutarabalikan fakta, namun bisa mengamuflasekan kesalahan yang pernah dilakukan.

Amien Rais

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun