Kisah Ninoy Membawa FPI Menjadi Masa Lalu?
Kisah Ninoy Karundeng beberapa hari lalu menapaki alur yang sangat jauh berkembang. Dulu banyak yang berpikir ah itu konsekuensi atas pilihan, itu hanya salah tempat, atau salah kondisi saja. Bagaimana bisa pendukung dan relawan Jokowi ada dalam komunitas yang ditengarai adalah kubu berbeda, bahkan bertolak belakang.
Ini bukan berbicara kubu Prabowo atau rival pilpres sejatinya, namun adanya kelompok yang tidak ingin adanya pelantikan Jokowi. Susah berbicara atau memperkirakan kalau parpol secara kelembagaan ikut bermain di sana. Lebih cenderung kelompok informal yang hendak membuat keadaan berbeda.
Parpol lebih cenderung bermain aman, menggunakan jalur lobi-lobi, tekanan pun bukan publik untuk ikut dalam gerbong  kabinet. Sangat riskan partai politik memainkan narasi dan cara jalanan. Atau kelompok yang terganggu kepentingannya. Hanya saja memang ada oknum partai ataupun pemain politik yang nimbrung dan terlibat, itu sangat mungkin.
FPI dan Kekerasan
Keberadaan FPI dengan kekerasan memang tidak mudah untuk disangkal. Acap kali acara baik-baik berakhir dengan kekerasan atau ricuh. Memang tidak selalu. Namun kerap. Acara keagamaan yang bukan kelompoknya, meskipun agama sama bisa berabe. Ini jelas konteks beberapa waktu lalu. Toh itu bagian utuh faktual dari mereka.
Aksi sepihak, sweeping, bukan barang baru bagi aksi mereka. Mall, resto, warung makan, menjadi sasaran mereka atas nama aturan agama. Lagi-lagi ini kisah masa lalu. Namun itu jangan kemudian dilupakan karena peran pemerintah menertibkan aksi polisi lebih dari polisi ala federasi penthuangan ini.
Mereka juga sering memaksakan kehendak jika mau menegakan aturan ala mereka. Stasiun TV bisa dipaksa batal menayangkan acara yang tidak mereka setujui. Cari sendiri, banyak kisah di Mbah Gugle. Pada dasarnya mereka sendiri belum tahu isinya apa namun ketika labelnya berbeda, auto demo dan pemaksaan.
Pertengahan tahun lalu juga marak yang namanya persekusi, siapa saja yang dinilai tidak menyenangkan mereka dicari kemudian dipaksa menandatangani surat pernyataan dan minta maaf. Aksi yang lagi-lagi lebih polisi dari polisi kalau meminjam istilah Pak Prabowo. Entah kreatifitasnya tidak kenal batas pokoknya.
Ninoy dan Izin FPI.
Izin FPI sudah habis sekian bulan lalu. Nampaknya belum ada pemberitaan soal izinnya lanjut atau berhenti.  Pasti mereka sedang dan akan mengupayakan tetap bisa mendapatkan izin. Mengenai persyaratan  akan dapat dipastikan mereka mengusahakan yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.