Belajar Politik dari Fadli Zon dan Jokowi
Dua nama ini paling sebanding dalam dunia politik bangsa ini. Berbeda kondisi antara Jokowi dan Prabowo itu soal keterpilihan dan popularitas politis. Fadli Zon sebuah fenomena berpolitik yang unik dan bisa menjadi rujukan dalam menjadi politikus.
Beberapa hari grup percakapan ataupun media sosial sedang hiruk pikuk dengan berbagi video komika muda yang sedang menjadikan Fadli Zon sebagai bahan lelucon.Â
Wajah dan ekspresi Zon datar, senyam-senyum netral, bukan kecut marah, jengkel, atau malu. Pun bukan wajah sumringah yang memperlihatkan tidak kerasa kena sindir. Sama sekali tidak ada ekspresi apapun. Netral, lurus, dan tidak ambil peduli.
Beberapa hal yang ia lakukan itu patut dilihat:
Konsisten. Jarang politikus kita itu konsisten, ingat bukan soal benar salah atau laik atau tidak. Politik itu soal eksistensi diri bukan kebenaran ala etis. Nah dia selalu konsisten mematahkan pemberitaan soal Jokowi yang sedang menjadi pembicaraan.Â
Akan selalu hadir dengan antitesis. Mengenai pemindahan ibukota, Papua, mobil esemka, dan banyak kinerja Jokowi dinafikan dengan baik olehnya.
Ini soal  eksistensi, menjaga pemilih dan konstituennya untuk tetap setia. Lihat bagaimana toh ia tetap melaju dengan mulus di dapilnya.Â
Padahal kalau mau jujur, banyak bukan pernyataan baik elit ataupun akar rumput yang menyatakan dia itu sama sekali tidak berprestasi, toh tetap dipilih. Ia cerdik memanfaatkan momentum.
Fokus. Ia hanya fokus pada Jokowi dan jajaran yang akan membuat Jokowi moncer. Lihat, pernah dia meributkan menteri Prmono Anung yang pendiam dan balik layar, atau Puan, atau Wiranto, misalnya? Tidak. Ia cecar menteri Susi Pudjiastuti yang membuat Jokowi makin tenar.
Posisi Zon identik dengan Setya Novanto. Ia fokus pada pilihannya menjadi oposan sejati Jokowi. Dia di muka publik selalu mencerca Jokowi dan prestasinya.Â