Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membaca Kemajuan Jakarta dari Nalar Gubernur, Truk Ganti Becak, Biar Udara Bersih

31 Juli 2019   20:00 Diperbarui: 31 Juli 2019   20:55 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Budaya ngeles, menuding pihak lain, menyalahkan bawahan, ataupun atasan, pendahulu, itu model kuno. Kepemimpinan jadul yang perlu ditinggalkan. Memang susah menjadi pemimpin, dan nasib buruk menimpa Anies karena menjadi pemimpin menggantikan orang-orang pekerja keras, bukan pemimpin omong besar tapi kosong implementasi.

Ide, gagasan, dan visi itu penting, namun sebagai pemimpin itu memberikan gagasan besar bukan hanya satu sisi dan kepentingan yang menjadi pertimbangan. Di sanalah kualitas pemimpin itu diuji. Semua orang bisa menjadi pemuka jika tidak berfikir secara menyeluruh, holistik, dan bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah baru.

Mengecewakan sedikit mungkin pihak, namun juga mengedepankan keadilan dan kebenaran, bukan demi populer dan mendapatkan simpati kemudian menyenangkan yang seharusnya adalah penolakan malah diakomodasi.

Gagasan dan idenya kelihatannya mentereng, namun kosong esensi dan nilai menasar jika dipikir lebih dalam. Hanya berkutat dengan kepentingan diri seperti populer atau mendapatkan keuntungan pemilih atau finansial, ya jadi artis atau pengusaha saja, jangan jadi kepala daerah.

Masalah itu perlu diselesaikan bukan diwacanakan. Wacana itu baik namun jika tidak ada eksekusi dan pelaksanaan dari gagasan itu ya buat apa? Pemimpin itu ada keserempakan antara gagasan dan pelaksanaan. Memimpin itu berbatas, dan gagasan itu tak terbatas, kalau terus hanya berwacana apalagi berpolemik, kapan bekerja?.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun