Budaya ngeles, menuding pihak lain, menyalahkan bawahan, ataupun atasan, pendahulu, itu model kuno. Kepemimpinan jadul yang perlu ditinggalkan. Memang susah menjadi pemimpin, dan nasib buruk menimpa Anies karena menjadi pemimpin menggantikan orang-orang pekerja keras, bukan pemimpin omong besar tapi kosong implementasi.
Ide, gagasan, dan visi itu penting, namun sebagai pemimpin itu memberikan gagasan besar bukan hanya satu sisi dan kepentingan yang menjadi pertimbangan. Di sanalah kualitas pemimpin itu diuji. Semua orang bisa menjadi pemuka jika tidak berfikir secara menyeluruh, holistik, dan bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah baru.
Mengecewakan sedikit mungkin pihak, namun juga mengedepankan keadilan dan kebenaran, bukan demi populer dan mendapatkan simpati kemudian menyenangkan yang seharusnya adalah penolakan malah diakomodasi.
Gagasan dan idenya kelihatannya mentereng, namun kosong esensi dan nilai menasar jika dipikir lebih dalam. Hanya berkutat dengan kepentingan diri seperti populer atau mendapatkan keuntungan pemilih atau finansial, ya jadi artis atau pengusaha saja, jangan jadi kepala daerah.
Masalah itu perlu diselesaikan bukan diwacanakan. Wacana itu baik namun jika tidak ada eksekusi dan pelaksanaan dari gagasan itu ya buat apa? Pemimpin itu ada keserempakan antara gagasan dan pelaksanaan. Memimpin itu berbatas, dan gagasan itu tak terbatas, kalau terus hanya berwacana apalagi berpolemik, kapan bekerja?.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H