Jai diri presiden, Jokowi PKI, kresten, dan sejenisnya, itu pun masih banyak yang percaya. Negara mau dipenuhi dengan TKA terutama China, negara dikuasai asing dan aseng, faktanya mana? Â Tidak ada, toh masih saja diyakini.
Narasi kecurangan, hutang negara, photo tahun 2014, masih pula ada yang membuat narasi bahwa pertemuan itu jebakan, di mana Prabowo dijebak kubu Jokowi padahal sejatinya mau bertemu dengan Anies. Jelas-jelas Anies ada di luar negeri, ini semua hanya karena demi membenarkan benak, pemikiran, dan bayangan mereka sendiri yang diyakini dengan bak babi buta.
Pengulangan menjadi sebuah kata kunci yang penting, bagaimana mereka mengungkapkan itu terus menerus, semua pihak menggunakan wacana yang sama. Jangan bicara itu kinerja Prabowo atau Gerindra saja, toh Demokrat dengan  Andi Areifnya juga menggunakan pola yang sama.
Soal kecurangan ini sudah banyak membawa korban  lho, baik yang sudah masuk bui ataupun pihak-pihak yang turut mengemparkan dengan ide usai kampanye, bahkan setelah pemilihan. Robot situng termasuk di sana, pun kesaksian di MK rata-rata juga soal kecurangan ini
Hal yang cukup serius bukan, dan hanya dengan sederhana Prabowo memilih penyelesaian sederhana, menemui Jokowi dan selesai begitu saja?
Apa yang perlu dilakukan jika demikian?
Para pelaku, terutama Prabowo dan kawan-kawan tidak boleh lepas tangan begitu saja. Merasa seolah-olah Jokowi dan tim menjebak Prabowo itu sebagai jawaban untuk mengamankan diri atas tudingan dan kemarahan pendukung mereka. Â Model sikap mencari aman ini sudah dilakukan kemarin dalam media sosial mereka.
Jangan menambah lagi jawaban, mencari pembenar atas ulah mereka baik dalam kampanye, apalagi dalam MRT kemarin. Mereka memilih dengan baik, menyudahi polemik pilpres, namun jangan lupakan didikan gua mereka selama ini toh diyakini pemilihnya dengan sepenuh keyakinan. Ini serius dan perlu dikembalikan dan diajarkan pula dengan masif.
Risiko mereka, dan mereka juga perlu melakukan upaya dengan semaksimal mungkin dan bukan merasa tidak ada apa-apa. Mereka sudah memulai, jangan melupakan kinerja mereka sendiri. Ketika mereka menciptakan manusia-manusia gua, jangan abaikan kalau tidak mudah mengembalikan bayangan yang sudah diyakini itu.
Pekerjaan berat namun sangat yakin bisa dibenahi jika mau bekerja keras dan menyadari bahwa kemarin sudah lalai. Terutama, ketika politik identitas yang demikian lekat kemarin itu dikurangi dan dibuang. Matahari, kebenaran yang lebih universal toh ada. Pilihan Prabowo sudah tepat, hanya menyelesaikan akibat atau dampak atas pilihan gaya berkampanye mereka kini harus lebih serius.
Sangat berbeda dengan 2014 lalu, apalagi seolah perselisihan ini tercipta selama lima tahun terakhir. Caci maki, tudingan tidak mendasar itu demikian masif. Nah apa iya semudah menghapus tinta di atas papan tulis?