Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rekonsiliasi dan Pemanfaatan Prabowo-Jokowi ala Rizieq S

10 Juli 2019   09:00 Diperbarui: 10 Juli 2019   09:04 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rekonsiliasi dan Rizieq Memanfaatkan Kesempatan Antara Prabowo dan Jokowi

Rekonsiliasi dalam arti kamus adalah upaya mengembalikan hubungan seperti semula, selain arti khusus dalam hal ekonomi. Dalam politik dan kontestasi pemilu demokratis sebenarnya tidak akan ada yang namanya rekonsiliasi. Seperti air yang dibendung karena kepentingan khusus, toh ketika dibuka akan kembali seperti sedia kala. Idealnya demikian.

Suka atau tidak, toh kedewasaan kita di dalam berpolitik masih jauh dari harapan. Bagaimana yang seharusnya normal-normal saja mnjadi berkepanjangan dan tidak semudah dan senatural adanya. Ditingkahi banyak argumen dan kesan mengada-ada.

Kerendahan hati menjadi pokok penting, namun jelas jauh dari itu semua karena sejak awal arogansi telah menjadi gaya berpolitik salah satu pihak yang berkompetisi. Susah melihat hal ini karena sejarah panjang ditampilkan demikian. Celah  untuk itu sempit, bukan berarti tidak ada.

Sikap menang-menang, susahnya adalah ketika relasional dibangun dengan sikap menang-kalah seperti di dalam pemilihan presiden. Pemilu,  pemilihan presiden sudah usai, semua tuntutan yang mungkin sudah dilakukan, mengapa masih berpikir menang kalah? Menang dan kalah sudah usai sebagaimana pilihan rakyat yang dikukuhkan KPU akhir bulan lalu. Semua sahih.

Ketika relasional adalah menang-menang. Kubu Prabowo pun menang atas keberanian berkompetisi dan tidak selayaknya ngotot memenangkan pilihan rakyat. Menang dalam konteks yang luas. Jangan malah menjadi pecundang dengan mengingkari kesatuan berdalih seolah perpecahan. Rekonsiliasi itu memulihkan hubungan bukan berbicara perpecahan. Lebay, jika berbicara kesatuan dan  pemulihan atas dasar perpecahan.

Mengapa Jokowi tidak datang? Ingat Jokowi kini presiden, beda kondisi dengan 2014. Kala itu keduanya adalah rakyat Indonesia, kedua capres dan satunya presiden terpilih. Kedudukan masih sama. Kini berbeda, satu presiden dan satu adalah rakyat. Etika, kepatutan, kepantasan, dan kewajaran adalah rakyat kalah lagi yang menyatakan ucapan syukur dan kemenangan bagi presidennya, bukan sebaliknya.

Jika berangkat pada pemahaman menang-menang, siapapun setara, tidak akan ada syarat, apalagi malah semacam ancaman. Pelibatan untuk memulangkan Rizieq Shihab dan pelaku kriminal yang sedang menjalani roses hukum dan hukuman, jelas mengambil sikap menang-kalah. Lucu dan anehnya justru dilakukan pihak yang kalah.

Prabowo memang pribadi yang tidak mudah menerima kekalahan. Namun sikapnya cukup jauh berbeda dengan 2014, dia menerima presiden terpilih dan juga kemudian datang dalam acara pelantikan Jokowi dengan sikap ksatria.

Melihat yang terjadi sekarang, justru orang-orang atau kelompok yang hendak memanfaatkan model Prabowo yang lama untuk menerima kenyataan. Ungkapan akan ditemui jubir, bukan level Prabowo untuk menerima utusan, datang-datang saja Jokowi, mengapa mengirim wakil, jelas kalah menawarkan rekonsiliasi, narasi yang memperlihatkan wajah yang berbeda.

Menuntut ke MK untuk membatalkan kemenangan Jokowi-Makruf Amin, tetapi kini meminta memulangkan Rizieq Shihab. Aslinya tampak karena sudah berjanji kalau menang akan menjemput Rizieq Shihab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun