Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pekerjaan Rumah Jokowi-Ma'ruf Amin Itu Bukan Prabowo, Namun Ini...

1 Juli 2019   10:42 Diperbarui: 1 Juli 2019   19:25 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penanganan hoax, dan fitnah yang masih berjalan belum demikian kuat dampaknya masih perlu terus menerus dilakukan dan digalakkan. Termasuk narasi ketidakpercayaan bagi pemilih Prabowo atas pemerintah yang sah.

Mengapa penting? Iya karena alam demokrasi itu  kalah dan menang hanya lima tahun, bukan kemenangan terus menerus alias kekal abadi. Salah satu yang diperbaiki adalah pola pikir ini, bukan dengan memaksakan Prabowo atau siapapun masuk kabinet atau apa. Namun mendidik kalah dan menang dalam demokrasi itu wajar dan normal.

Korupsi juga belum menjadikan pemerintah bisa bernafas lega.  Sebuah   penyakit akut yang demikian kronis, karena mau dibenahi dan disembuhkan saja masih banyak penolakan dan penyangkalan. Penegak hukum dan kekuasaan di mana-mana sudah terjangkit  penyakit ini. Sangat tidak mudah, namun bukan susah juga.

Pendidikan. Masalah mendasar yang harus dibenahi karena menyagkut seluruh sendi hidup berbangsa dan bernegara. Termasuk di dalamnya adalah sentimentil atas agama dan suku. Ini bisa diatasi dengan dan oleh pendidikan. Keberagaman yang dulu sangat biasa saja mengapa bisa menjadi hal yang sensitif ini adalah masalah serius, karena bukan dari awal sudah demikian kuat.

Literasi berpolitik. Multi kasus dalam dunia politik. Tamak, identitas, pengikut buta, kekerasan, pemaksaan kehendak, korup, dan segala masalah bermuara dari politik. Campur aduk banyak hal dengan politik.

Politik dan hukum sering berkelindan dan itu menyusahkan banyak hal dalam  penegakan hukum. Terorisme, korupsi, dan segala penyaakit masyarakat sering dijadikan tameng politik dan politisasi, hidup bersama makin kacau dan tidak jelas.

Politik identitas. Bisa agama atau kesukuan. Dan ini lagi-lagi masalah klasik yang begitu kuat, padahal dulu aman-aman saja, tidak sedemikian ekstrem lah. Mengapa kini demikian kuat? Ini juga penghambat yang serius, apalagi dua kali, pilkada DKI dan pilpres itu adalah andalan dari salah satu kubu.

Pembatasan partai dengan diatur UU tentu tidak dengan semena-mena ala Orba tentunya. Ini penting agar tidak bolak-balik ada partai yang kualitasnya sama saja, pemilihnya juga sama saja.  Jumlah partai yang tidak terlalu banyak juga tidak menyulitkan dalam pemilu.

Kabinet yang kuat, bukan soal parpol atau profesional, namun semua bisa berlaku profesional dan pekerja keras. Periode lalu sudah dilampaui dengan masing-masing jelas tampak bagaimana kinerjanya. Dan itu menjadi catatan penting ke depan agar makin moncer dan bisa makin melaju dalam pembangunan.

Penegakan hukum yang serius dan tidak perlu lagi memikirkan kepentingan apapun selain kepentingan negara. Sangat pas dengan periode kedua, jauh lebih penting adalah menyiapkan pemimpin ke depan, termasuk berani menegakan hukum dengan benar-benar adil. Ini penting agar negara tertib hukum bisa tercapai.

Menyiapkan generasi mendatang menjadi pribadi baru bukan mental budak, korup, yakin akan hoax, dan siap kalah dan siap menang. Ini menjadi serius karena memiliki elit yang ugal-ugalan seperti saat ini.  Termasuk menyiapkan kader terbaik bangsa untuk presiden yang memiliki visi dan misi yang sama dengan pemerintahan sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun