Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bandingkan Bu Juwangi, Orang ini Jauh Lebih Bertanggung Jawab

25 Juni 2019   08:46 Diperbarui: 25 Juni 2019   09:03 1566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bandingkan Bu Juwangi, Orang ini Jauh Lebih Bertanggung Jawab

Hakim MK sudah menyelesaikan proses mendengarkan tuntutan dan jawaban dari pihak yang terkait. Hasilnya pun sudah akan dinyatakan maju satu hari dari batas akhir. Narasi kecurangan masih saja didengung-dengungkan, kali ini, post pemilihan umum, oleh yang namanya Bambang Widjoyanto.

Pemain baru, babak anyar usai pencoblosan yang demikian masif menggantikan peran ala Demokrat yang biasa digawangi Andie Arief, kini diambil alih kemudinya oleh BW. Entah apa yang mau disasar dengan model politiknya ini.

Jelas, gamblang, dan terbuka, kesaksian dari para saksi yang mereka ajukan sangat jauh dari harapan. Dua poin besar yang tidak bisa mereka buktikan dalam persidangan, mengenai pergeseran suara pemilih yang menjadi hak mereka dan kemudian menjadi milik rival. Tujuh belas juta selisih dari kedua paslon yang tidak bisa dinyatakan itu milik mereka.

Berkutat pada DPT yang jelas sejak awal sudah sama-sama kedua kubu  terima, tidak ada perselisihan dan keriuhan sebelum-sebelumnya. Menjadi aneh, ketika pileg diterima baik-baik saja, untuk pilpres ditolak. Apa DPT-nya beda, atau memang sontoloyo?

Bersikukuh pada situng, padahal sejak jauh-jauh hari dinyatakan kalau penghitungan manual yang menjadi pedoman penetapan suara. Dan setiap tahap, terutama TPS semua sudah tanda tangan. Lagi-lagi kedodoraan dengan hal ini. telanjut tanda tangan dan mau menarik dari tigkat yang lebih tinggi.

Kecurangan yang TSM, pun lagi-lagi pembuktian dalam sidang MK susah dan jauh dari apa yang dimaui pihak mereka dan saksi yang diajukan. Bahkan dengan jelas Bambang sebagai ketua tim hukum mengaku kesulitan mempersiapkan bukti hanya dengan batas waktu yang sempit.

Mereka mosok tidak paham dengan aturan dari MK, atau ngeles saja, dan benar bahwa itu mereka akui dengan samr, bahwa penetapan tim hukumnya yang tidak tepat. Iya lah mereka asyik dengan konpres dan sujud syukur, menolak MK dan memilih PP-PP-an, yang abai berkaitan dengan hukum yang semestinya.

Mereka mengakui sendiri dengan mencari kambing hitam. Contoh konkret ketika mengatakan pemohon tidak harus membuktikan tuduhannya. Atau karena kecurangannya canggih, maka tugas MK untuk membuktikan.

Ini kan mau enaknya sendiri, dan mau menang, tanpa usaha keras, dan pihak lain yang seharusnya menjadi penengah malah harus terlibat untuk membuktikan. Jika model peradilan demikian, nanti enak saja orang menuding pihak lain yang tidak disukai asal-asalan, apa bukan fitnah jika demikian? bagaimana dalil dan kutipan ahli dan agama yang demikian panjang lebar, namun isi narasi lainnya malah fitnah dan kerja seenaknya demikian?

Paling sering menjadi pembicaraan untuk dijadikan terlapor kepolisian adalah Beti Kristiana, namun toh ia hanya salah satu pelaku  di dalam sebuah tim hukum. Beti jelas tidak bisa memberikan kesaksian di dalam persidangan MK tanpa Bambang dan tim hukum menyertakannya. Jadi Bu Juwangi adalah bidak dari panglima di dalam tangan Bambang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun