Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Belajar dari Kenaikan Suara PKS

14 Mei 2019   08:55 Diperbarui: 14 Mei 2019   08:55 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu partai politik yang naik suaranya adalah PKS. Asumsi bahwa PKS akan tenggelam tidak terbukti. Beberapa hal patut dicermati mengapa Demokrat saja turun, eh malah PKs naik. Cukup menarik, di tengah hingar bingar politik yang demikian ketat.

Pola kaderisasi dan keyakinan taklid, di mana pola mereka memang demikian, apa kata pimpinan adalah kebenaran. Tidak ada yang salah, bahkan ini salah satu sumber pemilih fanatis yang tidak akan pernah pindah partai apapun kejadian yang ada. Ini yang membuat partai politik satu ini tetap bisa di atas 4% terus.

Penekanan yang baik dan bisa menjadi salah satu pola kaderisasi. Lihat juga PDI-P dengan kentalnya ideologi menjadikan kedua partai ini bisa tetap eksis dari pemilu ke pemilu. Mengenai hal-hal yang tidak pada tempatnya bisa diulas dalam artikel lain tentunya.

Berkaitan dengan poin pertama, mereka memiliki militansi termasuk dalam masa kampanye. Kampanye dari rumah ke rumah salah satu yang paling  rajin adalah lagi-lagi PKS. Meskipun lagi-lagi sering berurusan dengan penegakan hukum dan pelanggaran  pemilu toh sangat wajar, namanya aksi akar rumput.  Kecintaan berlebihan eh jadi pelanggaran kampanye, ini soal pengertian dan pengetahuan saja.

Efektifitasnya itu yang perlu dilihat dan dijadikan rujukan partai politik di dalam bekerja. Jika sudah setia, apapun dilakukan termasuk mau mengeluarkan dana dengan sendirinya. Ini menjadi penting, sehingga semua bergerak dan berpartisipasi. Potensi politik mahal sangat mungkin ditekan. Lagi-lagi soal lainnya bisa dikaji dalam artikel berbeda.

Pembubaran HTI  menjadi keuntungan tersendiri. Tidak bisa disangkal, siapapun oknumnya, para pegiat ataupun simpatisan HTI tidak akan mungkin lari pada patrtai nasionalis, macam Gerindra, apalagi HTI. Partai agamis lainpun susah lah melihat menjadi labuhan mereka. PKS sangat mungkin menjadi tempat bernaung yang legal.

Taggar #2019gantipresiden, jauh lebih PKS dari pada Prabowo. Gaung cukup kuat yang digawangi Mardani Ali Sera dan neno Warisman. Tanpa ada dukungan, ataupun penolakan dari partai lain, hanya Ahmad Dhani saja, orang yang tidaktahu politik itu, sok-sokan ikut. Akhirnya jelas menyasar PKS bukan soal pilpres.  Jelas brandi yang cukup menjanjikan dan sukses.

Dihujat, dicaci, dan dijadikan polemik berkepanjangan jelas menguntungkan dalam politik, apalagi jika itu ikaitkan dengan agama atau identitas yang lain. Menggelorakan sentimen identitas toh masih cukup laku dan menjanjikan, serta akhirnya sukses.

Penolakan dan pengusiran yang cukup efektif untuk menjual derita. Salah satu politik korban yang sukses dan masih bisa menjadi cara menuai simpati. Lumayan sukses dan masih bisa mendapatkan pemilih dari kondisi ini.

Media sosial. Keyakinan banyak pihak bahwa PKS salah satu parpol yang banyak pegiat sosial media dengan seluruh jaringannya benar terbukti. Media tetap menjadi salah satu komponen penting untuk partai politik. Trend baik positif atau negatif tidak demikian berdampak dalam perpolitikan. Tenar dulu, mau cemar, atau benar tidak menjadi masalah.

Pembebasan pajak bermotor dan SIM seumur hidup. Lumayan meyakinkan. Kata Prabowo di 2014 bangsa ini belum cerdas-cerdas amat bisa mendapatkan sedikit fakta. Meskipun banyak kesulitan, toh tetap juga banyak yang yakin dan percaya. Di tengah gencarnya partisipasi dalam pajak anak bangsa, ada yang menjanjikan gratis, sangat suka. Pola pikir gratisan tetap masih cukup tinggi menghinggapi anak bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun