Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kesendirian Prabowo dan Gerindra, PKS pun Beranjak

23 April 2019   09:24 Diperbarui: 23 April 2019   09:32 3066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sedikit saja orang-orangnya, dan bukan juga elit partai politik yang benar-benar memegang partai. Hanya Prabowo yang orang partai, jelas ia sebagai pusatnya, Yusuf Martak yang kegototannya malah banyak diisukan dengan keberadaan kasus lain, Dahnil Simanjuntak kedudukannya memang harus begitu, toh tidak memiliki gerbong dan juga sedang ada indikasi kasus. Rizieq Shihab pun sama saja.

Kecenderungan orang-orang yang masih ngotot kog maaf ada indikasi  sedang dalam kisaran masalah hukum, minimal sangat mungkin terkena jerat hukum, dan hanya dengan mengganti rezim akan aman. Nah jika demikian, apa yang mau diharapkan dengan pemerintahan model demikian coba.

Fokus orang-orang koalisi ini kemarin adalah menyelamatkan diri melalui kekuasaan Prabowo. Cukup beralasan dan tidak berlebihan jika ada dugaan dan kecurigaan banyak orang bersembunyi di balik Prabowo. Artinya Prabowo menjadi alat semata, kini ketika menjelang kekalahan toh pada pergi dan partai politik yang mendapatkan dampak baiknya lari menjauh.

Partai politik jelas untung ganda, seperti isu kardus, dengan beaya Sandi mereka mendapatkan keuntungan pemilih, naik bahkan. Mereka tidak keluar banyak dana kampanye sendiri namun aman, dan soal pilpres bukan lagi urusan mereka.

Pribadi per pribadi yang kemarin menggunakan Prabowo sebagai peluang untuk mendapatkan jalan keluar, tetap pada posisi yang sama, namun lemah karena sedikitnya dukungan untuk aksi-aksi selanjutnya. Ini sangat serius dengan pilihan kemarin yang sudah demikian ugal-ugalan, kini susah mengembalikan dan meminta dukungan balik.

Ketamakan Gerindra dengan sapu bersih semua jabatan strategis memberikan dampak besar pada saat ini.   Dapat dilihat beberapa hal;

Pertama, kampanye kemarin, partai cenderung kampanye pileg, soal pilpres cenderung mana duli. Lihat kenaikan PKS dan PAN, namun tidak cukup signifikan  bagi Prabowo. Apalagi Demokrat jelas tidak menjadikan Prabowo sebagai agenda.

Kedua, kini ketika masih memerlukan dukungan untuk mengawal penghitungan, cenderung banyak yang puas diri dengan hasil pileg masing-masing. Mereka bisa lepas tangan, lho kan sudah selesai. Pertanggungjawaban moral sudah tidak lagi ada.

Ketiga, penyelesain instan menjadi pelajaran berharga proses itu penting. Dalam penentuan wapres, ketua tim BPN, dan proses kampanye memperlihatkan mereka gagap dan terbiasa tidak mau tahu, instan, ya hasilnya instan juga.

Keempat, copas kampanye Amrik dan DKI belum tentu  berhasil karena kondisi dan keadaan masing-masing memiliki karakter berbeda. Tidak mau kerja keras dan cerdas selama lima tahun ini. Jelas lagi-lagi instan tadi.

Prabowo kini sendirian dengan segala cap yang ada, hanya karena sikapnya yang gegabah, banyak orang memanfaatkan, dan kini pilihan untuk berkomunikasi dengan Jokowi akan sedikit mengembalikan respek dari banyak pihak. Kehendak baik tanpa campur tangan orang-orang yang ndompleng, dan parpol yang sudah abai itu akan memberikan simpati baru bagi keberadaan Prabowo. Ambil kesempatan atau hilang semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun