Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Helikopter, KRL, Ambulance, dan Polah Politik

9 Maret 2019   07:50 Diperbarui: 9 Maret 2019   08:09 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemarin dapat kiriman meme, dalam media percakapan,

Presiden yang merasa rakyat biasa

dan

Rakyat biasa yang merasa presiden

Dan reputasi mereka berdua dengan seluruh timnya, menampilkan sisi yang jelas seperti apa warna dan rupa mereka. Apa yang tersaji memudahkan pemilih untuk memberikan kepercayaan mereka. Gampang dan sederhana untuk  memilih mana yang lebih menjanjikan.

Apa yang ditampilkan dalam waktu yang hampir bersamaan,  masih dalam hitungan jam, sehingga seolah itu ada rencana di balik itu semua. Kisah pertama soal Jokowi sebagai presiden dan juga salah satu kandidat presiden naik KRL. Jelas akan ada pro dan kontra untuk itu. Pun tidak sedikit yang miris soal keselamatan presiden. itu semua sah-sah saja. Semua berdasar pola pikir dan latarbeakan masing-masing.

Kedua, ada capres yang menggunakan helokopter untuk datang ke tempat kampanye. Lagi-lagi juga pro dan kontra, dan itu juga sama hak masing-masing yang mau berkomentar dengan sudut pandang masing-masing. Ada yang menyoroti sebagai perilaku elitis, mengapa tidak darat, dan seterusnya. Pun bisa terjadi pandangan bahwa itu sebentuk efisiensi dan keamanan. Sama benarnya.

Kisah ketiga, ketika ada pelaku politik yang menghindari pengadangan dengan mengendarai ambulance. Mungkin tidak akan berkepanjangan, jika tidak memajang photo diri sedang di dalam mobil yang bukan peruntukannya itu. 

Ada interpretasi bahwa mereka  menjual derita, adanya penolakan sebagai wujud pemerintah  yang paranoid, dan itu sama juga dengan tafsiran orang lain yang mengatakan, bahwa mereka tidak patut karena menggunakan angkutan orang sakit dan memudahkan akses di jalan demi kepentingan mereka.

Dalih mereka pun akhirnya akan berkisar pada pembelaan diri dan ujung-ujungnya pemerintah, apakah ini  pemikiran buruk semata, tidak juga, karena selama ini reputasi mereka telah menjadi rujukan, ke mana arah isu itu.

Ndilalah, kog yang menggunakan "penyelewengan" itu ada pada satu sisi yang sama.  Hasil menjadi tujuan akhir dengan membenarkan cara-cara yang tidak benar sekalipun. Berkali ulang hal ini terjadi. Kasus oplas dan pengeroyokan belum kering mulut berbusa itu contoh konkret lain.

Beberapa hal dapat dipetik sebagai pelajaran

Kesederhanaan. Jokowi naik KRL banyak orang nyinyir bahwa itu settingan, menyusahkan paspampres, baik dengan nyata ataupun halus. Melihat reputasi panjang Jokowi kog tidak demikian. orisinalitas kesederhanaan.

Ketika awal menjabat presiden, Jokowi ke Singapura dengan pesawat komersial kelas ekonomi. Nyinyiran sama, soal menyulitkan pengawal dan pencitraan. Keamanan itu hanya dalih mengumbar kebencian. Ke kepulauan terluar dan naik menara suar sendiri, itru bukti sederhana.

Bertemu dengan anak-anak, termasuk berkebutuhan khusus yang digendongnya, itu karena ia sederhana dan merasa dari rakyat dan di tengah rakyat. Apalagi jika berbicara mengenai kunjungan, sangat mudah kesaksian itu diperoleh.

Sisi lain, kampanye saja menggunakan helikopter, ini tentu bisa dibaca sebagai pemisahan diri dari akar rakyat. Sangat mungkin memang terpisah, karena asalnya yang sejak  kecil memang elit di negeri ini. Ada separasi dan merasa memang bukan bagian dari rakyat.

Beberapa hal mempertontonkan itu, bagaimana capres itu marah ketika  ia berpidato dan pendengar ramai sendiri. Ini bukan sekali, namun berkali ulang. Apa yang ditampakan adalah kecenderungan arogansi dan memosisikan diri sebagai "yang lebih."

Ambulance, itu angkutan prioritas karena membawa orang sakit, jadi pengguna jalan lain harus dan wajib memberikan jalan. Membawa orang sakit menjadi kata kunci. Nah ketika pengguna jalan sudah memberi fasilitas itu untuk orang sakit?

Ada pilihan lain, ketika ada pengadangan kan bisa meminta bantuan pihak kepolisian, sehingga dibawa dengan mobil polisi. Ada kendala dengan penggunaan mobil polisi tentunya bagi mereka.

Pertama takut isi dan gorengan ditangkap polisi, ada dua mana juga, satu menggoreng itu sebagai penangkapan dan menjual derita. Atau malu karena ditangkap polisi, ini yang ditakutkan mereka, karena kebiasaan goreng menggoreng.

Kedua, polisi sebagai bagian pemerintah, mereka bisa saja tidak suka dengan itu. Padahal jauh lebih tepat dan tidak malah mempermalukan diri dengan ambulance.

Melihat bahwa mereka berswaphoto di dalam mobil itu, boleh ditafsirkan bahwa mereka hendak mengatakan mereka itu pahlawan politis yang diperlakukan tidak adil. Apakah demikian? Sikapnya selama ini yang perlu menjadi perhatian, bahwa mereka memiliki kecenderungan provokatif.

Kesederhanaan akan berkaitan dengan taat azas dan  taat hukum. Orang yang terbiasa hidup dalam kemewahan apalagi jika bisa membeli fasilitas, susah untuk taat azas dan hukum, karena mereka ada di atas itu semua.

Kemewahan itu jika tidak bisa dipenuhi dengan semestinya, jatuh pada perilaku korupsi dan  memanfaatkan jabatan dan kekuasaan untuk keuntungan sendiri. Termasuk penggunaan alat bukan peruntukannya itu.

Penggunaan alat termasuk ambulance, jabatan, kekuasaan, dan pengaruhnya untuk kepentingan diri dan kelompok itu yang hendak dihentikan oleh aksi 98, mengapa kembali marak, dan pelakunya ada pada sisi itu terus. Jelas bukan ke  mana arah pemerintahan ala mereka hendak dibawa.

Ketika proses sudah abai akan etika, hasil menjadi tujuan utama, di sanalah perilaku fasis menjadi-jadi. Apa iya pemimpin dan kelompok model demikian yang mau diberikan kepercayaan untuk memimpin negeri ini ke depannya?

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun