Indikasi dan kejadian di atas masih sangat sumir untuk mengatakan bahwa koalisi 01 hendak memainkan politik korban, atau koalisi 02 yang memainkan dengan kalimat dan aksi yang cenderung membenarkan simpulan itu. Hanya beberapa indikasi berikut yang  memberikan arah ke mana lebih mendapatkan kata akhir lebih tepat.
Satu, pemerintah telah ada dalam posisi memimpin. Rugi melakukan politik korban. Menghianati usaha selama sekitar lima tahun demi hanya kekuasaan demikian. Rekam jejaknya susah meyakini ini adalah ulah mereka. Malah merugikan, bukan keuntungan yang diperoleh. Buat apa jika demikian?
Dua. Rekam jejak yang meninggalkan kawan jika kena masalah, ada di mana? Lihat kisah RS, di mana mereka menggebu-gebu menuding dan menuntut ketika awal-awal, namun langsung diam seribu bahasa dan meninggalkan begitu saja ketika menjalani proses hukum. Banyak kisah dan bukti lain.
Tiga, posisi menegasi biasanya dilakukan penantang, pengejar, dan pengekor yang hendak membalikkan keadaan. Survey, pooling, dan juga riset toh hampir serentak menyatakan hasil yang hampir seragam. Nah siapa yang pada posisi mengikuti?
Empat, siapa yang lebih menjanjikan karena telah memberikan bukti dan prestasi? Nah apa logis jika mereka malah meledek bahkan melecehkan capaian sendiri, nampaknya belum pada sableng yang ada di sana.
Siapakah  pelakunya? Bisa disimpulkan dari perilaku mereka selama ini bukan? Memang susahnya dua kubu akan dengan sangat terlihat siapa mengusung apa dan siapa akan bermuara ke mana. Permainan gelap-gelapan akan sangat mudah terlihat.
Jika demikian, artinya Jokowi lagi dan sekali lagi Jokowi makin terbukti. Apa iya memberikan keyakinan paa pihak-pihak yang suka membolakbalikan fakta?
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H