Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi Belajar dari Hillary Clintton, Menyerang untuk Menang dan Menangkis

21 Februari 2019   09:00 Diperbarui: 22 Februari 2019   07:37 2376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Atau soal mengungkap capres mereka sebagai pengusaha yang memiliki penguasaan lahan ratusan ribu hektar itu? Apakah mereka lupa atau amnesia, ketika mereka mengatakan Jokowi komunis, anggota PKI, dan meminta test DNA segala? Coba bayangkan nalarnya di mana? Komunis dengan test DNA kemudian malah kini ketika dalam konteks resmi, dalam koridor tema malah ngambeg dan melebar ke mana-mana.

Ternyata tidak cukup hanya sampai di sana. Tim dan lingkaran utama mereka masih saja nyinyir dan berteriak-teriak, Jokowi berbohong dan memberikan ilustrasi maaf bodoh.  Pena yang jadi tersangka dan memfitnah sarung, peci, dan seterusnya.

Apa yang dinamai menyerang ini, sebenarnya  cara yang berbeda di dalam menghadapi sikap yang tidak berubah dari rival yang sama. Koalisi 02 lupa, bahwa kali ini cukup berbeda dalam banyak hal.

Jokowi itu sama orangnya, namun berbeda kondisi dan posisi. Mereka masih merasa sama, Jokowi yang tidak berbeda di 2014. Kesalahan mereka yang memang tidak pernah belajar, di lihat dari sikap mereka yang ugal-ugalan, sembrono, dan grusa-grusu. Perilaku ini justru menguntungkan Jokowi.

Sikap mereka yang tidak pernah belajar, termasuk respek pada rival justru membuat mereka pada posisi yang makin sulit. Kesalahan mereka yang tidak diperbaiki, namun malah menyalahkan terus pihak lain, menunjukkan mereka kekanak-kanakan.

Aku rapapa, bukan menjadi cara yang baik kini, di mana serangan kubu sebelah semakin tidak karu-karuan. Konteks yang berbeda. Ternyata cara Jokowi membuat mereka kaget. Dan ini menunjukkan bahwa koalisi 02 tidak siap dengan banyak cara dan rencana.

Satu saja cara mereka, menebar kekacauan dan ketakutan semata. Di sinilah pembeda Jokowi yang mampu menyiapkan banyak cara dan strategi di dalam  menghadapi pihak lain, termasuk dengan calon yang sama sekalipun.

Sikap yang keras, tegas, dan terutama terukur membuat pemilih makin yakin bahwa Jokowi memiliki cara dan perencanaan yang baik bagi masalah yang masih meruyak di negeri ini. Apa yang dilakukan baik dalam debat dan juga dalam bersikap masih cukup wajar. Masih ada sikap respek dan menghormati rival sebagai rekan yang pantas dihormati.

Menangkis dan termasuk menyerang jelas masih boleh. Bagaimana bisa ketika debat tidak boleh menyerang, lha klompencapir saja ada babak rebutan, saling mengalahkan kog. Ini level debat calon presiden. 

Ingat,  level calon presiden, memang satunya adalah presiden. Di dalam panggung itu semuanya capres. Dan di sanalah kesempatan untuk memaparkan kemampuannya, ide, gagasan, dan rencana kerjanya untuk lima tahun ke depan.

Susah diterima nalar waras ketika usai debat masih riuh rendah dengan tuduhan yang malah jauh dari esensi debat sendiri. Masih bisa diterima akal sehat ketika mengatakan menang ini dan itu. Ketika malah melakukan klarifikasi yang jauh dari  apa yang dibicarakan, ya buat apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun