Salah satu prestasi paling sederhana itu bisa dinilai dari hasil kerjanya. Minimal mencapai apa yang dicanangkan di awal tahun. Lha setiap orang saja ramai-ramai membuat resolusi tahun baru, Â tampaknya hal yang sama dilakukan juga lembaga yang namanya DPR-RI. Tentunya memiliki rencana tahunan, dan akhirnya lima tahunan.
Entah ini karena buruknya kualitas anggota dewan dan kepemimpinan yang amburadul, atau karena hanya kisruh dikotomi antara Jokowi dan kelompok salawi. Suka atau tidak ini adalah kualitas paling buruk di antara dewan dari tahun ke tahun. Awal tahun politik lama bisa sinkron hanya karena bak anak kecil yang kalah main neker.
KMP dan KIH yang berebut pepesan kosong hingga berbulan-bulan itu jelas sangat berdampak. Politik kanak-kanak, jadi tidak heran ketika  iri dan dengki pada Jan Ethes. Lha memang kualitas parpolnya level kanak-kanak. Alharhum Gus Dur menamai dewan angkatan 99 sebagai TK, kalau ini mungkin kumpulan anak PUAD. Miris.
Paling memalukan tentunya terseretnya pimpinan dewan masuk jeruji besi dengan drama berdarah-darah segala. Pun wakilnya lebih asyik berkelahi rebutan balung tanpa isi, yang katanya 30 M, satunya juga masuk bui, dan satunya tidak ada suara, penggembira atas main dua kaki Demokrat. Satu lagi, ahli muisi, apapun dijadikan puisi, sayang isinya jauh dari kapasitasnya sebagai pimpinan dewan.
Usai empat tahun ada penambahan kursi pimpinan demi memberikan kelegaan pada pemenang pemilu yang telah dipecundangi ala politik ugal-ugalan di awal-awal masa kerja dulu.Â
Tarik ulur kepentingan demi hasrat kepuasan kepentingan sesaat. Hanya demi kepuasan sabotase kalah pilpres, di legeslatif menguasai. Aneh dan lucu saja sebenarnya. Entah apa mereka ingat atau tidak.
Gambaran umum dewan itu demikian. belum sampai melihat hasil kerjanya secara angka sebagai tugas pokok legeslasi. Perilaku ugal-ugalan Fadli Zon yang jauh lebih banyak riuh rendah miskin esensi.Â
Malah ribut bukan tugasnya dengan dalih kinerja wakil rakyat. Mana ada pimpinan dewan di pusat malah ikut-ikut di keributan pemda DKI waktu kepemimpinan Ahok.
Kini juga, masalah Ahmad Dhani ia juga repot dan ribet sendiri ke pengadilan untuk mempertanyakan mengapa ditahan. Padahal upaya hukum ada, namun malah ia yang ribut entah kapasitasnya apa.Â
Heran dengan polah dan perilaku tidak karuan ala wakil ketua ini. Â Masih banyak persoalan di dewan, namun malah ribut dengan hal yang cenderung pribadi.
Berselisih dengan menteri yang bekerja dengan keras, seperti Menteri KKP. Ketika dibalas pertanyaan apa yang sudah ia perbuat malah menunjukkan buku yang jelas tidak berkaitan dengan kinerjanya. Lha memang ia penulis? Sebagai bonus atas kinerja dengan menerbitkan buku itu bagus, namun ketika tugas utamanya nol besar buat apa.