Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ma'ruf Amien Blunder Jokowi

19 Januari 2019   08:13 Diperbarui: 19 Januari 2019   08:32 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ketujuh, posisi ini membuat timses tidak sibuk klarifikasi dan mendukung dengan bingung, semua sudah berjalan pada rel yang semestinya. Semua berjalan sesuai skenario, tidak perlu meluruskan barang lurus bukan? Nah itu keuntungan besar.

Nah blunder-blunder itu malah sangat membantu, kalau pemain bulutangkis, netting tipis dan masuk lapangan lawan, dan point penting. Belum usai, tapi signifikan memberikan pukulan telak mental lawan.

Nah dengan pilihan cerdik demikian, kematangan berpolitik seperti itu, bandingkan kubu lain yang bluder demi blunder. Blunder yang membuat riebt dan riuh rendah antara cemoohan dan dukungan prihatin.

Memilih blunder yang cerdik bukan yang receh dan malah menghabiskan banyak energi untuk menambal kesalahan itu. Ini identik dengan eksekutor pinalti yang betingkah, eh melambung tendangannya, padahal dengan satu gol itu bisa membawa pada putaran berikut. Gol detik terakhir gagal.

Posisi Pak Kyai ini lah yang melahirkan salah tembak dari kubu sebelah. Konsentrasi mereka pada pihak lain, militer akan diserbu dengan mudah karena kubu militer juga. Kau Mahfud akan diserang soal antiagama, meskipun agamanya sama. Toh dengan Pak JK sebagai ketua dewan masjid, ungkapan itu masih lantang.

Kesalahan sendiri kubu 02 karena bingung adanya Kyai Ma'ruf di sana. Mau kasar jelas takut kualat dan ditinggalkan pendukung yang potensial. Diam jelas fatal karena tidak akan terdengar. Serba salah. Dulu salawi, serba salah Jokowi, kini berbalik rupanya.

Netting itu hanya ada dua, keberuntungan, atau hasil dan buah kerja keras. Melihat rekam jejaknya kog ini karena kerja keras dan kerja cerdas selama ini. keberuntungan itu tidak ada, namun rencana Tuha ikut di dalamnya, sebagai unsur orang beriman dan memiliki Pancasila.

Siapa yang meninggalkan ulama, ingat bukan semata klaim, atau dekat fisik, namun secara hati dan personal, bersama Tuhan di dalam rencana hidupnya akan mendapatkan jalan terbaik. Mudah memang merasa dekat dengan Tuhan dan ulama, namun apakah berbuah? Itu penting.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun