Rumahnya didatangi polisi bak teroris. Lagi-lagi presiden yang disasar, kapolri juga ditunjuk. Bagaimana sikap kepolisian ketika "difitnah" begini. Bagaimana bukan fitnah ketika rumah yang benar didatangi sudah dijual, dan keluarga yang di sana pun merasa tidak ada "penggrebegan".
Ini sangat serius apa yang dilakukan AA, jangan hanya mengaku itu salah paham, atau dengan gampang menghapus apa yang sudah dinyatakan. Kecenderungan mengail di air keruh dengan sistematis untuk menghindari jerat hukum dan peraturan Pemilu, memberikan indikasi sangat buruk bagi generasi muda yang berperilaku demikian.
Biasa menebar kebohongan, fitnah, dan jika terdesak minta maaf atau ngeles sebagai tidak  begitu maksudnya. Basi. Tidak lagi patut, bagaimana Pak Beye mau menjual AHY jika perilaku elitnya sebusuk itu?
Lembaga negara diobok-obok dengan kebobrokan demikian. Jika hukum ditegakkan, akan menuding pemerinatah antikritik, pemerintah otoriter, presiden baper, dan seterusnya. Lagi-lagi, lagu basi yang dipakai.
Jangan salahkan pihak lain, jika Pak Beye tidak cepat mengambil sikap, Demokrat makin nyungsep. Jangan harap lagi memiliki pemilih, masih elegan Anas dan kawan-kawan. Mereka hanya maling, kerusakan sesaat. Ini kebohongan, fitnah, dan menebar ketakutan, jauh lebih buruk dan busuk. Dampak besar bagi Demokrat yang masih hancur lebur atas kasus demi kasus korupsi.
Pertaruhan besar bagi SBY demi AHY 2024 jika tidak memperbaiki perilaku ugal-ugalan kader elitnya ini. SBY juga terkena nodannya karena jauh dari pendekatan SBY yang sudah dilakukan. Percuma menjadi presiden dua periode, pernah memenangi pemilu, namun perilakunya serendah itu.
Jadi mikir, jangan-jangan kardus dan kartu tujuh kontainer itu bawah sadar Demokrat yang biasa main demikian kemudian menyematkan pada pihak lain. kan mengukur pakaian itu pada badan sendiri bukan?
Layak dinanti sikap Pak Beye, apa setegas seperti pada Ruhut dan Roy, atau pura-pura tidak mendengar dan melihat? Â Juga KPU dan Polri apa akan seperti Bawaslu?
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H