Aksi 212 menjadi puncak kejengkelan Prabowo atas media. Bagaimana mereka merasa bahwa media terutama televisi itu "ada" pada pihak lain. Cukup menarik apa yang ia katakan mengenai media ini.
Berkata kepada para pendengar sekaligus pemilihnya ia mengatakan, kalian harus urunan beli parabola, chanel satelit, harus membeli parabola, agar bisa menikmati acaranya dan berita yang benar.Â
Beberapa hal yang menarik adalah sebagai berikut.
Apa yang dinyatakan itu gambaran hidup mewahnya, mahalnya hidup rakyat bukan menjadi ukuran, demi ia didengar, dilihat, dan dipuja di dalam saluran yang ia angan-angankan itu. Televisi berbayar itu tidak semua orang menikmati, namun dengan entengnya ia menyebut kalian urunan untuk membeli parabola. Lha katanya hidup pas-pasan, masih harus menyumbang demi ia pilpres, kemudian membeli lagi parabola.
Paradoks dan menegasi kamapnye sebelumnya menjadi kebiasaan Prabowo dan koalisi ternyata. Jelas murah bagi Prabowo uang Rp. 100.000,00 untuk membeli parabola, namun 99% rakyat pas-pasan itu banyak banget. Â Pemilihnya kaya berarti bukan?
Pernyataan berikutnya, agar mendengar berita yang benar. Ada dua makna yang sangat mendasar dan penting untuk dilihat lagi. Pertama mengenai yang benar itu chanel rancangan mereka  dan jika bukan media itu berarti tidak benar. Kedua reputasi mereka selama ini dengan kebohongan dan hoax yang tidak pernah berhenti.
Pertama, saluran 08, jelas eksklusif, hanya mereka yang  terlibat, berita mereka produksi, mereka salurkan, dan mereka nikmati sendiri.  Mungkin agak tendesius, jika demikian akan ada cuci otak masif yang tidak akan bisa diketahui umum. Tema yang ada hanya menjelek-jelekan lawan yang tidak berdasar dan memberikan pujian dan dukungan membabi buta pada calon sendiri.
Hal ini sudah terjadi di dalam kelompok percakapan tim pemenangan mereka. Hal yang sangat mudah bocor karena mereka  menawarkan dengan sangat bebas. Ketika ada tanggapan yang berbeda akan dilabeli sebagai cebong dan siap-siap ditendang keluar, padahal belum tentu juga demikian.
Kecenderungan mereka akan meyakini apa yang menurut mereka benar dan dikatakan oleh elit mereka pasti benar. Ketika ada bantahan yang tidak jarang itu lebih benar, mereka tidak terima. Ini sangat menakutkan.
Kedua, mendapatkan berita yang benar. Jika demikian asumsinya adalah berita selama ini salah. Boleh saja jika pola pikirnya demikian. Namun menakutkan lagi  adalah justru mereka yang biasa memproduksi kebohongan, berita separo data, dan hoax yang selalu dijadikan virak dan disetujui dengan membabi buta, ketika terkuak jurus mudahnya akan ngeles, dan kalau sudah terpojok, minta maaf.
Melihat apa yang mereka keluhkan, apa yang mereka rencanakan, tidak berlebihan jika itu hanya sebuah upaya menutup diri dari kenyataan. Mau menjadi katak dalam tempurung yang merasa melompat mengatasi dan menyudul langit, padahal hanya batok di atas kepalanya yang sangat rendah.