Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

212 dan "Keimanan" Jokowi, Prabowo, dan Sandi

5 Desember 2018   05:00 Diperbarui: 5 Desember 2018   04:57 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nah jika demikian, hanya Prabowo dong yang beriman, mengalahkan KH Ma'ruf Amin yang kyai sepuh dan pemilik pesantren. Ketua MUI dan  salah satu pemimpin ormas keagamaan terbesar di Indonesia.  Penistaan terhadap kyai, ormas, dan MUI kalau demikian bukan? Mosok kalah dengan  pensiunan jenderal.

Pun dengan santri postislamisme, dia tidak diundang juga ternyata.  Padahal jelas-jelas alumni, apa bedanya coba?  Pertanyaan yang juga layak curga jika acara ini bukan sepenuhnya agamis.  Ada apa?

Perlakuan yang sama bagi capres dan incumben Joko Widodo, yang tidak hadir dan malah melakukan aktifitas keagamaan yang aplikatif. Sikap pertanggung jawab, bekerja dengan sepenuh hati adalah kegiatan keagamaan, ibadah, dan tidak akan ada yang bisa menyangkal jika itu juga bagian iman yang jauh lebih fundamen dan esensial.

Kegiatan ini memberikan beberapa hal yang menarik;

Berkaitan dengan banyaknya klaim soal jumlah dan kengototan ketika ada yang berkomentar minir, jauh lebih politis daripada kegiatan agama. Susah meyakini itu kegiatan keagamaan, didorong oleh iman, ketika ujung-ujungnya adalah "kampanye" dengan slogan yang sama.

Adanya tanpa bahwa capres dan cawapres 02 ada friksi, di mana Sandi tidak hadir di sana, padahal jelas akan sangat menjual jika mereka berdua hadir sebagai satu kesatuan.  Desas-desus memang sudah ada, namun masih belum terkonfirmasi lebih jauh.

Hampir semua satu kubu ada dan cukup menarik, satu kubu yang lain sama sekali tidak ada. Minus Demokrat hadir dengan semangat  212. Sangat bisa dimengerti pilihan dan tampilan ini cenderung hanya politis, lepas dari agama. Mengapa tidak ada P3 dan PKB yang memiliki ideologi agamis juga. Apakah  mereka juga kadar imannya lemah?

Tidak berlebihan jika apa yang tersaji itu hanya menjadi panggung bagi Prabowo pribadi. Malah ternyata menjadi masalah dengan kesalahan fatalnya, yang oleh pengikutnya itu dibela sebagai kesleo. Masalah baru timbul karena terbiasa menggoreng hal yang tidak esensial. Apa yang terjadi sangat merugikan timsesnya yang akan belepotan membela  pimpinannya lagi dan lagi.

Dugaan yang lebih mendekati kebenaran, meskipun akan disangkal mati-matian, itu adalah panggung HTI dan PKS yang memiliki kepentingan sendiri. Prabowo menjadi legitimasi di mana ia adalah kandidat presiden yang sah. Posisi HTI yang sudah dibubarkan tentu sangat terdesak dan perlu panggung.

Reuni yang kehilaangan momentum dan tidak lagi memiliki motivasi, sehingga  tidak ada pemersatu, penggerak yang membuat aksi itu bergelora dan bersemangat. Kondisi ini membuat reuni ini gagal karena memang  jauh lebih politis bukan agama. Motivasi agama tidak ada yang bisa membuat gerakan itu meyakinankan, selain tokoh-tokoh yang memaksakan pakaian, atribut, dan kesukaan untuk menggunakan agama sebagai kedok aksi ini dan itu.

Jika mau tulus, jujur, dan jernih, siapa yang menodai, menistakan, dan menjual murah agama. Perbedaan jelas sebenarnya, mana orang beriman dan bukan itu. Terang benderang kalau istilah Pak Beye.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun