Gelaran AFF memang baru saja usai babak penyisihan, namun bagi timnas Indonesia juga berakhir, karena tidak lolos ke semifinal. Cukup menarik reaksi yang  ditampilkan penggemar, pengamat, ataupun mantan pemain. Lebih bagus lagi kata pengurus teras PSSI yang diwakili ketua umum dan sekjendnya.
Ketua umum yang memang rada-rada aneh atau error entahnya, mengatakan, wartawan baik, timnas juga akan baik. Apa yang dikatakan itu dalam konteks menjawab pertanyaan wartawan, soal maksudnya hanya dia, kalau dia juga paham apa yang ia katakan. Itu tidak penting. Â Anggap angin berlalu.
Sekjend cukup realistis meskipun masih sama sebagai  lagu lama, ngeles dan tidak fokus. Ia meminta pihak-pihak yang bertanya atau juga jengkel itu juga melihat gawe PSSI yang sukses bahkan menda[at apresiasi dari lembaga yang lebih tinggi. Ini sama juga ditanya nasi gorengnya mengapa tidak enak, toh masih ada menu lain. Lagi-lagi biarkan saja.
Apa yang sempat ditampilkan penonton, dan ini adalah reaksi penontong yang menggalang boikot kosongkan GBK, dan relatif sukses. Tertarik atas tulisan "Prof." Pebriano yang mengupas kalau kosongkan GBK merupakan tindakan pecinta yang belum purna (tafsiran saya), juga dalam kolom komentar, akhirrnya jadi lah artikel ini.
PSSI "mem-bully " Â Tuhan
Semua, teutama penonton itu gegap gempita, merasa berharap banyak karena capaian U-16 dan U-19 dan juga U-23 bisa menjadi referensi bahwa timnas senior akan sedikit banyak lebih jauh melangkah.Â
Lima kali finalis dengan berbagai problematikanya menjadikan penonton itu cukup dan lebih jauh lagi bukan lagi-lagi finalis. Harapan berdasar juga, tidak muluk-muluk dengan melimpahnya stok pemain dari semua lini.
Bagaimana PSSI mem-bully Tuhan? Ya iyalah, tanpa persiapan cukup, pelatih maaf seribu maaf untuk pelatih Bima yang masih belum berpengalaman menangani tim, ini bukan soal sepele.Â
Bagaimana ia merumuskan strategi jika macet, bagaimana menangani karakter pemain, dan begitu banyak hal lain. Semua serahkan pada Tuhan. Gundulmukui... Itu bukan iman tetapi ngawur dan mem-bully Tuhan.
Tuhan memang bisa mengubah hal-hal yang mustahil sekalipun, toh tetap manusia berusaha sekuat tenaga dan yang terbaik yang diupayakan. Bukan seenaknya sendiri kemudian menyerangkan hasilnya pada Tuhan. Apa iya menyediakan nasi kemudian menghendaki Tuhan mengubahnya menjadi  spagetti, ini mencobai Tuhan namanya.
Bisa dan boleh menyerahkan kepada Tuhan, jika seluruh upaya, rancangan, dan kerja keras itu telah dilakukan. Â Ada timbal balik antara usaha dan iman. Dan bukan itu yang terjadi.