Kedua campur tangan orang tua yang keterlaluan, yang diperparah UU yang memang amburadul sejak di dalam perencanaan. Mudahnya melaporkan guru atau tenaga kependidikan ke kepolisian dengan alasan yang sering dibuat-buat. Kadang juga sangat lemah di dalam kasus itu, anak pun terlibat di dalam kesalahan.
Mengapa semakin lama semakin buruk pendidikan nasional?
Politikus sok tahu
Mereka membuat UU berdasarkan kepentingan sesaat dan kepentingan mereka, kadang sektarian agama, kepentingan politis sesaat, dan sejenisnya. Pendidikan itu mengatasi itu semua. Tidak perlu mencampuradukan kepentingan di luar pendidikan yang berlebihan. Ini hanya gawe orang politik busuk yang berjalan.
Sok tahu sehingga mereka tidak melibatkan ahli pendidikan, praktisi pendidikan, mereka hanya berpikir soal pemilih dan partai mereka semata dengan mengorbankan bangsa melalui pendidikan nasional yang buruk.
Serikat guru yang lemah
Mereka harusnya berteriak, menggugat kalau tidak ada peran di dalam banyak hal, bukan hanya diam. Termasuk ketika kampanye menyudutkan dunia pendidikan, mereka harus marah dikatakan buruk dan mau mengimpor guru dari luar negeri. Mana suara mereka, hanya diam saja. Juga di dalam hiburan media elektronik, guru menjadi bulan-bulanan, ledekan, dan diam saja.
Serikat guru yang bermartabat, berkompeten akan ikut memberikan sumbangan besar bagi perubahan dunia pendidikan yang signifikan. Selama ini seolah hanya formalitas, takut dengan birokrasi dan itu sangat fatal.
Permasalahan dunia pendidikan tidak sesederhana teropongan politikus, kehendak baik sangat diperlukan jika  memang mau berubah. Seluruh komponen harus dengan rendah hati mengadakan evaluasi dan memperbaiki diri.
Terima kasih dan salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H