Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pahlawan itu Sikap Batin, Bukan Semata Klaim, Belajar dari Rizieq dan Prabowo

10 November 2018   05:00 Diperbarui: 10 November 2018   08:40 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kepahlawanan di era kemerdekaan, masa damai, dan mengisi pembangunan ini tentu sudah tidaklagi relevan jika berbicara angkat senjata, melawan penjajah, atau berkaitan dengan jasa peperangan, bisa diplomasi, ataupun palang merah di kancah perang. Dalam suasana tenang dan merdeka, perlu yang namanya pemaknaan ulang atas kepahlawanan.

Beberapa waktu lalu, pahlawan milenial berjuang d Asian Games dan Asian Para Games, beberapa waktu kemudian ada pejuang dengan menjadi relawan di Palu dan donggala, kemudian relawan dan tim yang mencari  para korban kecelakaan Lion yang jatuh. Mereka mengalahkan diri dan kepentingan masing-masing demi kemanusiaan.

Di waktu yang bersamaan ada dua tokoh yang sama-sama mencuri perhatian namun ada dalam konteks yang tidak semestinya. Malah menjadi beban negara dan bangsa bukan malah menciptakan keadaan yang makin baik bagi bangsa tercinta ini.

Prabowo yang berusaha menjemput si pelarian, seolah menjadi pahlawan bagi seseorang dan sekelompok pendukungnya. Seolah-olah adalah pahlawan pembela kebenaran dan kepentingan bangsa dan negara. Pemerintah yang berupaya menegakan hukum dipandang sebagai pelaku ketidakadilan atas perilaku si pelarian.  Aneh dan lucu si pelarian dibela-bela dan dipuja bak pahlawan kebenaran, dan penegak hukum beserta pemerintah yang menjalankan UU malah dianggap sebagai pelaku ketidakadilan.

Jika memang merasa pemerintah tidak adil, coba datang dulu ke kepolisian, biarkan hakim yang memutuskan, jangan menilai diri bersih dan pergi begitu saja. Ingat dua kali masuk penjara apa itu benar politis dan kejahatan pemerintahan ini? Atau sudah amnesia?

Sikap tinggal  glanggang colong playu, jelas bukan sikap pahlawan, namun penghianat. Bagaimana model demikian kog merasa diri pahlawan dan pejuang dalam apa yang ia yakini.

Rizieq Shihab dan reputasinya, banyak yang paham dan tahu kalau keberadaannya selain banyak pemuja toh banyak juga yang tidak respek. Pola pendekatan yang mengandalkan kekuatan massa sering membuat banyak persoalan, namun banyak pula yang suka menggunakan kesempatan itu demi mempengaruhi persepsi dan keputusan dalam beberapa kasus krusial.

Drama diperilksa polisi di Arab Saudi sebenarnya  sangat menguntungkan posisi pemerintah, di mana pahlawan itu adalah pemerintah dalam hal ini Kedutaan Besar Arab Saudi yang bersusah payah membantu warganya yang sedang terkena potensi kasus hukum. Jika meniliki model demikian tidak heran dalam perbincangan dalam grup pesan instan, rekan-rekan geram dengan apa yang diterima Rizieq apalagi jika melihat perilakunya.

Sangat wajar jika orang lebih menghendaki pemerintah mencabut kewarganegaraannya, atau bersikap lebih buruk lagi, namun apa yang ditampilkan pemerintah ternyata tidak demikian. jadi ingat kisah Kitab Suci, di mana ada ilustrasi anak yang hilang, sekaligus di sana hendak mengisahkan Bapa Yang Baik Hati. Bapa ini memiliki dua anak laki-laki. Si bungsu meminta bagian warisannya padahal bapanya masih hidup. Dan diberi.

Si anak berpesta pora dan menghabiskan uang hasil penjualan warisan itu di pelacuran. Hingga akhirnya ia habis-habisan dan mau menjadi budak pemelihara babi saja tidak ada yang mau menerimanya. Perut kosong dan mau mengambil makanan babi, mana bisa? Dan ia ingat di rumah bapanya melimpah makanan dan mengapa harus ia tinggalkan.

Ia pulang dan bapanya tidak memedulikan kesalahannya, ia peluk dan membuat pesta. Suka cita bukan menyesal atas perilaku si bungsu. Si sulung yang merasa bekerja keras bersama sang bapa marah, meradang, dan iri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun